Nadyra - Tiga Belas

27 5 0
                                    

Seorang remaja perempuan tersenyum puas melihat tanaman-tanaman yang berada di halaman rumah tempat ia tinggal, sudah tersiram air secara sempurna. Tanaman-tanaman tersebut juga tumbuh dengan baik, karena diberi perawatan secara teratur. Baik dengan pupuk ataupun air bumi serta air hujan, jika musim hujan telah tiba.

Remaja perempuan itu meletakkan kembali alat untuk menyiram tanaman tersebut ke tempat semula.

"Nadyra... Nadyra..." Terdengar suara yang memanggil namanya.

Buru-buru ia melangkah masuk ke dalam rumah.

"Dalem, Bude." Balasnya saat sudah berada di ruang tamu. Di sana sudah ada ibu Rahma, budenya yang sedang menata beberapa kotak serta kardus, berisi aneka macam kue yang akan dijualnya di kios dekat pasar, tepatnya berjarak sekitar 400 meter dari rumah.

Sudah sekitar empat belas tahun, ibu Rahma menekuni usaha dagang. Awalnya ia berjualan keliling lalu menjadi pedagang kaki lima di pasar tiap pagi hari. Lambat laun pembelinya bertambah, bahkan tak jarang mereka memesan kue saat ada acara tertentu.

Hingga kini, pelanggannya cukup banyak. Bahkan ibu Rahma sudah berdagang di kios, terletak di salah satu pasar yang berada di wilayah Surabaya. Meskipun kios tersebut masih menyewa, namun ibu Rahma selalu bersyukur karena hasil jualan bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suami ibu Rahma, telah meninggal dunia sejak anak lelaki satu-satunya berusia sepuluh tahun.

"Nduk, ini kotak yang berwarna putih tolong kamu masukin tas kresek merah ya." Ucap ibu Rahma dengan tangan memegang tali rafia, menyatukan tali tersebut pada kardus ukuran tanggung kemudian mengikatnya.

"Iya, Bude. Yang kotak putih itu pesananan Mbak Dahlia?" Tanya Nadyra untuk sekedar memastikan, pasalnya seorang wanita bernama Dahlia, anak penjaga kantin tempat ia sekolah, dua hari lalu mengatakan padanya jika dia memesan kue untuk acara pengajian rutin di rumahnya, dan akan diambil di kios.

"Iya, Nduk. Sengaja bude pisahin, biar tidak tercampur dengan yang dijual di kios," jawab wanita paruh baya yang biasa dipanggil 'bude' oleh Nadyra.

Nadyra memasukkan empat kotak putih ke dalam tas kresek merah ukuran besar.

"Sudah selesai, Bude."

"Yasudah, ayo kita meja makan. Bude sudah menyiapkan sarapan. Damar juga sebentar lagi turun."

Ibu Rahma dan Nadyra berjalan beriringan menuju dapur, setelah selesai merapikan barang dagangan yang akan dijual hari ini.

"Oh ya Bude, nanti Nadyra bantuin jualan kue di kios ya?" Remaja perempuan itu melihat ke arah meja makan yang sudah terpenuhi hidangan makan pagi. Ada nasi, lauk-pauk, minuman, beserta peralatan makan yang menunjang acara sarapan. Rupanya ia tinggal duduk manis saja, karena semua telah tertata di atas meja segi empat itu.

"Enggak usah, Nduk. Kamu di rumah aja, belajar buat persiapan ujian atau kalau enggak kamu ziarah ke makam Sunan Ampel dulu, berdo'a semoga ujiannya lancar. Nanti Bude suruh Damar temenin kamu." Ibu Rahma menarik kursi kayu tersebut, dan mendudukinya.

Nadyra juga melakukan hal yang sama, menarik kursi di bagian samping tempat budenya duduk, lalu mendaratkan pantatnya di atas kursi coklat itu.

"Aku memang ada rencana ke sana, Bude. Beberapa hari yang lalu Delia juga sempet bilang, tapi enggak apa besok saja, liburannya masih sekitar tiga hari lagi. Nadyra mau bantuin jualan saja, kan sudah lama Nadyra enggak bantuin bude di kios," kata Nadyra.

NadyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang