Nadyra - Enam

30 3 0
                                    

Dahulu, entah beberapa tahun yang lalu. Dimana saat adat sopan-santun sangat diperlukan, aturan-aturan yang harus dipatuhi setiap individu, sangat-sangat diterapkan.

Semua orang berusaha mengindahkan aturan-aturan itu. mana yang boleh dilakukan, mana yang tidak boleh dilakukan.

Namun, saat ini semua seakan berubah. Seperti yang terjadi belakangan ini, kebanyakan orang seenaknya dalam bicara, bahkan mereka menganggapnya sebagai guyonan atau candaan.

Tanpa disadari mereka telah mempermainkan hati dan perasaan seseorang lewat kata-kata yang mereka anggap sebagai candaan.

Tentu kita mengetahui bahwa, apa yang kita anggap biasa, belum tentu menurut orang lain itu biasa.

Kejadian satu minggu yang lalu, saat Nadyra melabrak Bagas karena tindakannya yang dianggap keterlaluan.

Bagas menyadari akan hal itu. Dia sudah minta maaf kepada Nadyra, tapi tak satu pun kata keluar dari mulutnya. Nadyra bungkam, setelah menyelesaikan beberapa kalimat yang mewakili perasaannya.

***

Suasana pagi yang begitu indah. Langit biru, dengan semilir angin yang begitu menyejukkan. Tak ada awan putih yang menyelimuti pagi ini. Langit begitu cerah.

Lain halnya dengan raut muka yang diperlihatkan Bagas hari ini. Wajahnya tampak masam, rambutnya terlihat sedikit acak-acakan, tidak rapi seperti biasanya. Matanya tampak sayu, dia terlihat tidak semangat pagi ini.

Bagas duduk di tempatnya, sambil menelungkupkan wajahnya di meja dengan tas dan tangan yang menyangganya.

"Gas, lo kenapa?" Tanya seseorang yang duduk di depannya. Dia adalah Viko, siswa yang duduk di bangku paling depan.

"Enggak apa-apa kok," jawabnya masih dengan posisi awal.

"Yakin? kok kayak lemes banget."

"Paling masih kepikiran Shireen mungkin, Vik." Rizky yang duduk di samping Bagas ikut angkat bicara, setelah dari tadi melihat tingkah laku Bagas yang aneh sejak beberapa hari lalu.

Mendengar perkataan Rizky, sontak membuat Bagas mendonggakkan kepalanya, menatap Rizky.

"Maksud Lo Nadyra?"

"Shireen Gas, Shireen. Kenapa lo malah nyebut nama aslinya sih." jawab Rizky, ia melihat bangku belakang yang kosong. Dalam hati, ia mengucap syukur karena orang yang sedang dia bicarakan tidak berada didekatnya.

"Memang namanya Nadyra kan?"

"Lo kenapa aneh gitu, Gas. Apa gara-gara habis dilabrak sama Shireen. Lo jadi berubah," ejek Rizky.

"Ya mungkin, Ky. Gara-gara tempo hari Bagas mencoret kolom tanda tangan Nadyra, meski sebenarnya atas intruksi lo juga," kata Viko.

"Diam kalian, bikin pusing aja. Udah jangan sebut-sebut nama Shireen lagi. Nadyra ya Nadyra,"
seru Bagas. Saat itu keadaan kelas masih agak sepi. Para siswa-siswi sedang sibuk melihat hasil Tryout yang terpampang di bagian depan jendela kantor guru.

Sedangkan ia dan beberapa temannya tidak ikut melihat karena Andra telah yang mewakilinya untuk melihat hasil ujian tersebut. Nantinya Andra akan melaporkan kepada Bagas, Rizky dan kawan-kawannya.

NadyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang