Pidato merupakan sebuah kegiatan berbicara di depan umum dengan menggunakan susunan kata yang baik.
Pidato bertujuan untuk menyampaikan perasaan, isi hati, pendapat, gagasan, pengalaman, pengetahuan, materi, suatu perihal kepada orang banyak serta dilakukan berdasarkan kaidah kebahasaan yang baik dan benar.
Pidato umumnya melakukan beberapa hal berikut, yakni: Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Materi pidato telah diajarkan pada bangku sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas. Materi ini biasanya diajarkan secara berkesinambungan saling berkaitan antara yang diajarkan di SD hingga SMA. Dimulai dari pengenalan pengertian pidato, teks pidato, unsur-unsurnya, membuat pidato, sampai praktek pembacaan pidato.
***
"Kepada yang terhormat Ibu Diana Syahfitri selaku guru Bahasa Indonesia beserta teman-teman yang saya sayangi kecuali Shireen."
Kalimat salam pembuka yang keluar dari mulut Rizky sukses membuat Nadyra membelalakkan mata, ditengah suara tawa penghuni kelas.
Nadyra tidak tertawa, tidak tersenyum, tak juga cemberut. Datar. Itulah ekspresi yang ditunjukkan. Ia malah menoleh ke samping, lebih tepatnya melihat ke bangku nomor tujuh yang berada di deretan kedua dari arah jendela.
Ada dua siswi yang duduk di sana. Nissa dan Laura, tetapi mata Nadyra lebih tertuju ke Laura. Ia ingin mengetahui ekspresi wanita berhidung mancung itu saat mendengar kalimat yang dilontarkan Rizky. Laura tersenyum tipis.
Hal tersebut membuat Nadyra semakin bertanya-tanya, selama ini ia mencoba berpikir positif, bahwa sosok "Shireen" yang dimaksud adalah seseorang yang mungkin mereka kagumi, dan tentu saja bukan dirinya. Namun, dua kalimat terakhir dalam salam pembuka tersebut seolah membuktikan bahwa sosok "Shireen" ini merupakan seseorang yang tidak mereka sukai.
"Berarti yang kemarin dibilang sama Maura itu tidak benar? Dia membohongiku," pikir Nadyra. Ia masih diam tak bergeming.
Beberapa hari yang lalu, Nadyra memberanikan diri untuk bertanya kepada Maura, teman yang duduk di bangku nomor dua dari belakang. Tepat di depan bangku Nadyra dan Delia.
Maura, gadis yang bertubuh kurus, berkulit sawo itu memiliki kedekatan dengan Bagas dan Rizky. Mereka sering ngobrol, bercanda, dan mengerjakan tugas bersama. Tak heran jika Nadyra memilih untuk bertanya padanya. Ia merasa bahwa Maura tentu mengetahui siapa Shireen yang selama di disebut-sebut.
"Maura, aku mau nanya boleh?"
"Mau nanya apa, Ra?" jawab Maura. Ia melirik Nadyra sekilas, lalu kembali melanjutkan kegiatannya, menulis pekerjaan rumah yang belum sempat ia kerjakan.
Saat itu Nadyra duduk berhadapan dengan Maura, menemaninya mengerjakan tugas.
"Em.... Shireen itu siapa?" Tanya Nadyra dengan hati-hati. Ia mengecilkan suaranya, namun masih terdengar di telinga Maura.
"Shireen?" Maura mendonggakkan kepalanya. Menatap Nadyra dengan pandangan yang sulit di mengerti, "kamu tidak tau siapa Shireen, Ra?" Maura malah balik bertanya, yang langsung disambut gelengan kepala oleh Nadyra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nadyra
AcakSeorang perempuan biasa, berpenampilan sederhana, mempunyai mimpi serta keinginan setinggi langit. Bahkan ia sendiri tak tahu bisa atau tidak merubah semua itu menjadi kenyataan. Yang ia tahu dirinya harus berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan an...