Nadyra - Sembilan

25 4 0
                                    

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

Asyhadu allaa illaaha illallaah.
Asyhadu allaa illaaha illallaah.

Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah.
Asyhadu anna Muhammad rasuulullah.

Hayya 'alashshalaah
Hayya 'alashshalaah

Hayya 'alalfalaah.
Hayya 'alalfalaah

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

Laa ilaaha illallaah

Adzan maghrib menggema di segala penjuru.

Suara adzan tersebut berasal dari musala yang berada tak jauh dari rumah remaja laki-laki yang beberapa hari lalu memasuki usia delapan belas tahun.

Raihan Fiyan Ardiansyah.

Remaja pemakai baju koko berwarna coklat serta sarung kotak-kotak biru berpadu putih, bergegas memakai peci hitam, melangkahkan kaki ke luar rumah menuju musala untuk melaksanakan ibadah wajib bagi pemeluk agama islam.

Saat sampai di pelataran musala, ia sempat memandang semburat jingga di langit Surabaya, kota tempat ia berpijak saat ini.

Ia teringat akan sebuah tulisan pada lembaran kusut berbentuk gulungan yang tak sengaja ditemukan tergeletak di lantai kelas saat dirinya sedang mendapatkan giliran piket.

Senja, kau hadir bila waktunya tiba. Membawa berjuta harapan, kepergianmu yang begitu cepat membuatku mengerti arti rasa kehilangan yang sesungguhnya.

Senja,
Semua orang menyukaimu bahkan selalu menanti hadirmu, begitupun aku.

Kau begitu ikhlas menerima takdir

Kau tidak sekalipun marah pada  langit malam yang menelan habis wujudmu .
Namun, kau juga tak pernah bosan untuk menyapanya.
Dengan tanpa amarah kau selalu mengucapkan selamat datang pada langit malam.

Senja, kepadamu kutitipkan salam untuk malaikat tak bersayap yang kini tak dapat terlihat lagi wujudnya.

Cukup lama, Raihan berdiri di sana, hingga sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

"Raihan." Panggil remaja laki-laki yang seumuran dengannya dengan mengibaskan tangan tepat di depan wajahnya. "bengong aja lo, mikirin apa an sih?"

"Bukan apa-apa, ayo masuk. Bentar lagi ikamah," ajak Raihan. Sedangkan remaja yang menyapanya tadi hanya mengangguk kemudian menyejajarkan langkah dengan Raihan. Mereka memasuki musalah tersebut, mengerjakan sholat maghrib berjamaah dengan khusyuk.

Setelah melaksanakan sholat maghrib, mendengarkan kajian rutin di musala, dilanjut dengan sholat isya' berjamaah.

Raihan pergi ke rumah Alfian setelah sebelumnya mengganti pakaian dan makan malam terlebih dahulu.

Alfian merupakan teman sekolah sekaligus sepupunya. Mereka cukup dekat bahkan sering berbagi cerita tentang banyak hal.

Raihan memilih berjalan kaki karena jarak antara rumahnya dan tempat tinggal Alfian tidak terlalu jauh.

NadyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang