Nadyra - Sebelas

26 4 0
                                    

Mentari pagi mulai menampakkan diri, menyapa para penghuni bumi.

Menyinari beberapa potong kain yang bergelantungan di atas jemuran.

Rupanya potongan kain tersebut sudah terjemur sejak tadi malam. Mungkin pemiliknya sengaja menjemurnya di malam hari dengan alasan tertentu.

Banyak juga orang yang lebih memilih mencuci pakaian saat pagi hari, sekaligus menjemurnya agar langsung terkena sinar matahari.

Semua orang punya selera masing-masing.

Srett

Suara tirai tersibak, sinar sang mentari yang tadi hanya mengintip, sekarang berdesakan masuk.

Menghasilkan kilauan cahaya menyilaukan. Mengusik seseorang yang sedang asyik merajut mimpi.

Tubuhnya menggeliat, bergerak tak nyaman. Lalu menelusupkan kepalanya pada guling yang berada di sampingnya. Berusaha menghindar dari sinar mentari tersebut.

Hanya beberapa detik saja, setelah itu ia merasa ada yang merebut paksa guling tersebut darinya.

"Mas Damar, bangun!" Seru remaja perempuan yang berdiri di depan tempat tidur, memegang guling lalu menaruh kasar benda tersebut di bawah kaki lelaki itu.

"Aku sudah sholat subuh kok tadi." Gumam Damar masih dengan mata terpejam.

"Iya tau, terus tidur lagi kan?"

"Bentar aja."

"Ini udah jam tujuh lewat, ayo bangun."

Remaja perempuan itu menarik tangan Damar, dengan terpaksa lelaki itu merubah posisi menjadi duduk. Mengucek matanya, tetapi rasanya Indra penglihatannya masih enggan untuk terbuka.

Saat pegangan di tangannya terlepas, lelaki itu berniat untuk melanjutkan aksi tidurnya.

Baru saja akan membaringkan tubuhnya, tapi lagi-lagi tangan itu menariknya.

"Malah tidur lagi. Ayo bangun, kalau enggak aku bilangin Bude,"
Ujar remaja perempuan itu.

Mendengar kata terakhir terucap. Lelaki itu pun memaksakan untuk membuka matanya kembali.

Bude. Itu berarti ibunya, karena yang menyebutnya tadi merupakan adik sepupunya.

Gawat, kalau sampai ibunya tau ia tidak mau bangun, bisa-bisa sang ibu menyuruhnya bangun dengan cara yang lebih parah.

Damar masih ingat dulu ibunya pernah mengguyur tubuhnya beserta alat tidurnya dengan air dingin karena ia susah dibangunkan. Setelah itu ia juga di suruh mencuci sarung bantal, guling, selimut, sprei. Sekaligus menjemur kasur yang basah.

Sungguh dirinya tidak mau lagi hal itu terulang.

Damar hanya ingin bermanja-manja dengan kasur yang sudah lama tak disambanginya. Tubuhnya juga masih letih karena semalam tak bisa tidur. Ia baru bisa tidur pukul tiga pagi, bangun lagi sholat subuh lalu tidur hingga sekarang.

Biasanya kalau di kos ia bebas mau bangun pukul berapa selama hari libur. Tapi tidak untuk hari ini.

"Iya sudah bangun kok ini," Damar berdiri, mengambil handuk yang tergantung di samping lemari, melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang terletak di sebelah kamarnya. "gak asyik, main ancaman."

NadyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang