Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah tiga minggu berlalu, sejak peristiwa praktek pembacaan pidato.
Dimana Nadyra sedikit mengetahui tentang julukan yang mengatas-namakan artis papan atas itu.
Sedikit banyaknya ia tau, bahwa sosok "Shireen" yang dimaksud teman-temannya merupakan seseorang yang tidak mereka sukai.
Secara diam-diam pula ia berusaha menemukan fakta mengenai sosok yang tidak disukai Bagas, Rizky, dan kawan-kawan.
Walau hati kecilnya berbicara bahwa dia sendirilah orang yang mereka maksud. Pikiran Nadyra mulai dirasuki dengan hal-hal negatif. Ia selalu berprasangka negatif setiap kali nama "Shireen" keluar dari mulut salah seorang temannya.
Belum lagi mengenai tingkah Bagas dan Andra yang membuyarkan konsentrasinya saat membacakan pidato di hadapan teman-teman dan gurunya.
Entah apa sebenarnya motif dua siswa sesama jenis itu, sengaja mengusili Nadyra atau memang mau menunjukkan jika yang selama ini ia pikirkan itu memang benar adanya.
Hingga kejadian beberapa hari lalu, cukup membuat Nadyra semakin yakin jika selama ini memang diam-diam ada yang tidak menyukainya. Dan mereka adalah para siswa yang kerap menyebut-nyebut nama "Shireen".
Siswa-siswi kelas XII IPA 2 telah selesai mengerjakan ujian Try Out Fisika. Guru yang mengampu mata pelajaran tersebut keluar ruangan dengan membawa lembar jawaban yang telah terisi.
Tak lama kemudian, Aira selaku sekretaris kelas membawa dua lembar absen yang harus diisi, karena tadi pak Miftah selaku guru Fisika lupa membawanya dan baru ingat saat waktu telah habis.
Aira berkeliling dari bangku satu ke bangku lain agar siswa-siswi bisa menandanginya tanpa harus berebut.
Saat tiba di bangku belakang dekat jendela, Aira pun menyerahkan absen tersebut kepada Delia dan Nadyra. Karena Nadyra duduk di pojok dekat jendela, sedang Delia duduk di bangku pinggir dan posisinya dekat dengan Aira, jadi Delia terlebih dahulu yang membubuhkan tanda tangan pada kolom yang di sediakan. Setelah itu Delia menggeser kertas tersebut ke arah sahabatnya.
Nadyra mulai mencari namanya, ia mengurutkan dari atas ke bawah. Alangkah terkejutnya saat ia mendapati kolom yang harusnya di isi tanda tangan malah penuh dengan coretan bolpoin.
Nadyra menggeram, "Kalau dicoret gini, terus mau tanda tangan dimana?” tanya Nadyra dengan emosi.
Aira yang membawa absen tadi juga bingung, kemudian mencoba untuk memberikan solusi kepada Nadyra. "Itu.... tanda tangan aja di depan namamu,” jawabnya.
"Hmm. Ada-ada saja. Kok bisa-bisanya kolom itu dicoret-coret? Dan kenapa cuma punyaku saja? " Seru Nadyra dengan nada sedikit membentak. Ia pun membubuhkan tanda tangannya di luar kolom.
Delia yang duduk disampingnya ikut menanyakan kepada Aira mengenai hal tersebut.
Setelah mendapat sedikit desakan akhirnya Aira terpaksa mengatakan hal yang ia ketahui
"Jangan marah-marah ke aku dong, itu kerjaan Bagas.” Ucap Aira, sambil berlalu meninggalkan Nadyra dan Delia setelah sebelumnya mengambil lembar absensi yang selesai ditanda-tangani.“Oh, jadi ini ulah Bagas. Maksudnya apa coba.” Omel Nadyra, sambil celinguk-an mencari siswa yang bernama Bagas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nadyra
AcakSeorang perempuan biasa, berpenampilan sederhana, mempunyai mimpi serta keinginan setinggi langit. Bahkan ia sendiri tak tahu bisa atau tidak merubah semua itu menjadi kenyataan. Yang ia tahu dirinya harus berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan an...