Part 1

4.3K 429 22
                                    

Jam baru menunjukkan pukul sembilan, tapi aku sudah berkeringat. Mengurusi jompo memang sangat menguras tenaga. Belum bau mereka. Makanya banyak orang bilang, mending ngurusin bayi daripada lansia. padahal itu baru tenaga, belum hati kita. Sebagian besar jompo di Taiwan itu, mengidap Dimensia. Mereka pikun tapi tidak sadar diri jadi sering makan hati.Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah terlanjur di pekerjaan ini.

"Mey, dipanggil Bos ke ruangannya!" kata Buk Wik mengagetkan lamunanku

"La ini, gimana?" Aku balik bertanya sambil menenteng diaper.

"Sudah, sini tak kerjain. Buruan pergi biar ngga kena damprat!" jawab Buk Wik sambil merampas diaper di tanganku.

Aku mengetuk pintu agak keras saat masuk ke ruang Si Bos.

"Masuk!" suara Bu Boss terdengar dari dalam.

"Iya, Mam?"

"Begini, TKA di Beitou pulang satu dan yang baru belum datang. Sedangkan disana pasien sedang full, jadi kamu mulai hari ini kerja disana sampai TKA baru datang ya!" Dia berbicara dengan pandangan ke laptopnya tidak ke aku.

"Ada rute transportasinya, Mam?"

"Hmm... Pakai MRT saja! Nanti kamu bisa nanya ke temanmu disana. Sekarang kamu bisa pergi sama Dan saja, kebetulan dia mau kesana." jelas Mam.

"Maksudnya, who is Dan?"

"Oiya! Kamu anak baru ya?
Dan adalah anakku. Selama ini dia di USA tapi kemarin dia pulang."

Aku hanya manggut manggut.

"Sudah, berangkat sana! Dan mungkin sudah di depan. Mobilnya berwarna putih." perintah Mam dengan telunjuknya mengisyaratkan keluar jendela

"Okey!"

Aku pun bergegas berlari ke loker untuk mengambil tasku. Sambil jalan ke depan, aku memberi tahu Teh Wella, yang kebetulan lagi kerja di dekat pintu. Bahwa aku mau pergi ke cabang Beitou. Dia hanya menggangguk sambil tersenyum. Teh wella itu bukan tipe peramah semacam Buk Wik

Aku melangkah keluar dari bangunan lima lantai itu. Setelah sampai pintu gerbang, kepalaku celingak celinguk ke segala arah mencari Si Dan dan mobilnya.

Ketemu.

Aku bergegas berlari menuju Audi putih itu.
Dan tampak berdiri di luar mobil sambil memandangi gawai.

"Hallo, Ni hao?(apa kabar?)" sapaku setelah sampai.

Jangankan menjawab,dia bahkan tidak menoleh.

"Aku boleh masuk?" tanyaku lagi yang hasilnya masih sama.

Dia tidak menghiraukan sama sekali lagi. Apakah suaraku kurang keras, ya? Ah, tidak! Dia saja yang terlalu sombong. Aku baru pertama kalinya menemui orang sombong sepertinya.
Ya sudahh, Aku mematung saja disitu sambil menganalisa dia.

Namanya Dan. Umurnya sekitar tiga puluhan. Posturnya sangat tinggi, mungkin sekitar dua meter kurang sedikit. Rambut hitam lurus, kulitnya berwarna coklat muda, mungkin karena saking seringnya terkena matahari jadi nge tanned. Menurutku sih, aslinya kulit pria itu putih, sebagaimana orang sini lainnya.

Dadanya yang bidang menggambarkan kalau dia gemar berolahraga.Wajahnya semakin macho dengan brewok tipis yang menghiasinya.
Bukan hanya body-nya saja yang 'in shape', wajahnya juga. Rahangnya saja, mungkin sudah cukup membuatmu terpesona.

Menurut analisaku sih, kalau di jajaran dewa yunani kuno, dia itu Ares, Si dewa perang. Just so sexy.

 Just so sexy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WANG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang