Part 12

2K 269 5
                                    

●Wang POV

Aku pandangi foto perempuan dalam pigura kayu di atas meja kerjaku itu. Dia masih cukup cantik di usianya yang hampir enam puluh tahun. Banyak orang bilang kalau aku enggak mirip sedikitpun dengannya. Dulu sekali, Aku sering mengamuknya saat mendengar kalimat itu.

Bukan hanya itu, Aku selalu mengamuk dan membanting barang-barangnya di setiap tanggal delapan Agustus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan hanya itu, Aku selalu mengamuk dan membanting barang-barangnya di setiap tanggal delapan Agustus. Aku akan memakinya dan menyebutnya jahat dan tidak punya hati. Karena telah melahirkanku tanpa memberiku seorang Ayah. Yang karenanya aku selalu jadi bahan olokan teman ku di sekolah.

Setiap hari Ayah, mereka akan bikin hadiah untuk Ayah masing-masing dan aku akan disana membikin hal yang sama tapi untuk Kakekku, bukan Ayahku.

Karena memang aku tidak punya Ayah. Yang lebih sial lagi, di kelas itu, aku satu-satunya anak yang tak berayah. Kalian bisa bayangkan betapa fucked up* nya situasiku saat itu.

Sampai aku lulus SMP. Akhirnya wanita ini mengirimku ke United States dan hanya mengizinkanku pulang setahun sekali, saat liburan musim panas, itupun hanya tiga minggu, tidak boleh lebih.

Sejak saat itu, Aku selalu berfikir bahwa dia sengaja membuangku dari kehidupannya, karena aku bukanlah sesuatu yang dia  inginkan.

Hingga di suatu malam, Dia menangis dan bercerita lama  sekali di kamarku.

Masih teringat dengan jelas, saat itu aku kelas dua SMA. Dia lagi berkunjung ke kamar kos. Karena sangat membencinya, maka dengan sengaja aku keluar meninggalkannya.

Aku berencana akan pulang besok pagi setelah dia tidak disitu.

Keesokan harinya, aku pulang dalam keadaan mabuk. Tidak terlalu parah sih, karena aku masih sadar dengan sekeliling. Di luar dugaanku, ternyata dia masih di sana. Semalaman dia menunggu dan membersihkan kamar kosku.

Melihat diriku yang mabuk, Dia hanya membantu ganti baju dan menidurkanku, tanpa mengomel sedikitpun. Aku tidak akan pernah melupakan hal itu.

Saat aku bangun tidur di malam harinya, Kulihat dia  masih di situ, matanya bengkak memerah menandakan kalau dia telah menangis dalam waktu yang cukup lama.

Aku hanya duduk mematung di kasur tanpa menghiraukannya. Namun dia malah menyusul duduk di sebelahku. Dia mulai dari meminta maaf, lalu bercerita kenapa dirinya mengirimku ke negeri paman sam. Padahal  Kakek dan Nenek sangat menentangnya waktu itu.

Katanya ada beberapa alasan yang melatar belakangi keputusannya itu. Pertama, dia tidak mau aku terus-terusan menyiksanya dengan berbagai pertanyaan dan amukanku.

Dia sudah cukup tersiksa semenjak kemunculanku ke bumi ini, mulai dari orang tuanya, Gerejanya, teman temannya, bahkan dari dirinya sendiri. Semuanya tampak menyalahkan dan menyudutkannya.

Yang kedua, dia tidak menginginkanku besar di lingkungan gereja dan sekolah. Yang selalu menghujat apabila anggotanya melakukan kesalahan atau tidak sama dengan kebanyakan.

WANG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang