Part 4

2.4K 287 22
                                    

Alarm di gawai berbunyi keras sekali. Aku terpaksa bangun dan meraih benda itu yang tergeletak di nakas. Layar itu menunjukkan angka lima. Aku bangkit ke kamar mandi. Mengambil wudhu dan salat subuh.

Musim dingin makin terasa di minggu pertama Desember ini. Yang aku senangi dari musim dingin adalah jadwal sholat shubuh jam lima, bahkan saat musim dingin di puncaknya, bisa sampai jam setengah enam. Jadi aku bisa tidur lebih lama.

Jangan tanya apa yang ku benci dari musim dingin, karena list nya lebih panjang dari gerbong kereta api Brantas.

Semalam aku sampai rumah hampir jam dua belas. Wang memintaku membalas kebaikannya. Mula-mula takut banget, secara dia orangnya begitu. Aku pasrah saja sama yang di Atas.

Aku tidak tahu, apakah Allah telah mengabulkan doaku atau memang Wang tidak sejahat yang terekam di otak ini.

Dia menepati janjinya untuk tidak me'ngapa-apain' aku. Mungkin dia serius saat dia bilang bahwa aku bukan tipenya. Meskipun kadang hati ini sedikit tidak rela saat dia mengakui itu.

Yang jelas semalam dia baik sekali sama aku. Selain bagian mulut besarnya, ya!

Dia ternyata mengajakku ke Xinyi Anhe*. Iya, pasar malam yang dekat dengan gedung 101*, gedung tertinggi di Taiwan itu.

Kami jalan-jalan di pasar malam. Membeli Empat gelas besar Bubble tea*, Dua paket chou tofu*, Empat sunduk cumi bakar dan Dua mangkuk asinan jambu.

 Membeli Empat gelas besar Bubble tea*, Dua paket chou tofu*, Empat sunduk cumi bakar dan Dua mangkuk asinan jambu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami menghabiskan semuanya. Aku sih yang makan paling banyak. Kalian tahu seberapa laparnya aku, kan?
Wang hanya makan sedikit. Mungkin dia sudah bosan makanan khas Taiwan itu atau sudah kenyang ... atau diet. Aku nggak tahu. Bukan urusanku pula.

Kami nggak terlalu banyak ngobrol. Maksudnya aku.Kalau dia masih sama saja.

Menurutku, Dia punya kenikmatan tersendiri saat membullyku mungkin. Kalau semula aku merasa kesal. Sekarang aku menjadi lebih terbiasa mungkin atau malah menikmatinya? Entahlah!

Oh ya, hampir lupa. Semalam Wang merebut gawaiku dan memasukan nomer WA-nya. Dia bilang kalau digangguin orang lagi, Aku disuruh menghubunginya.

Terlalu berlebihan, sih! Tapi aku iyain aja, anggap saja membalas sedikit dari kebaikanya. Lagi pula, siapa sih yang bisa menolak perhatian dari cowok kece seperti dia? Seorang Daniel Wang.

Satu lagi, perasaan ini mengisyaratkan bahwa aku sangat siap diputusin Wawan minggu depan.

Buk Wik semalam menginap di mess suaminya di Keelung*, sekitar satu jam dari Taipei. Teh wella biasanya pulang meskipun sangat larut. Tapi semalam dia tidak pulang.

Aku tidak tahu dia terdampar di mana. Dia punya banyak pacar dan teman. Aku tidak menghafalinya satu persatu.

Aku beranjak ke dapur untuk membuat sarapan. Secangkir kopi vietnam 3in1 telah terseduh dan siap dinikmati. Aku suka kopi vietnam karena terasa pahitnya.

WANG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang