Saat sampai rumah, kulihat Buk Wik sedang mengemasi barang untuk dibawa nanti ke mess Sang Suami. Biasanya jumat sore dia sudah pergi ke sana. Katanya sih, semalam suaminya ada lembur, jadi sekarang dia baru mau berangkat.
"Sudah mau berangkat, Buk?" sapaku sambil duduk di sofa terdekat.
"Iya, Mey. Sebentar lagi, nunggu nagasari matang. Kamu sudah makan?" Dia ikutan duduk di sebelahku.
Aku menganggukan kepala. Terpaksa berbohong biar dia tidak khawatir. Meskipun kami baru setahun saling kenal, tapi dia baik sekali dan sudah menganggapku seperti adik sendiri. Semula aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Tapi karena teman- temannya memanggil Buk. Aku jadi ikut- ikutan.
"Buk, boleh aku bertanya?" ucapku memperhatikan wajahnya yang ayu
"Tanya apa?" Dia balik bertanya.
"Buk Wik sudah lama kerja di sini, kan?"
"Sudah tiga belas tahun. Insha Allah ini kontrak terakhir, setelah ini Aku mau pensiun. Memangnya ada apa, to?" Dia bangkit berjalan ke dapur untuk memeriksa nagasarinya. Aku mengikutinya dari belakang.
"Buk, kenapa Bu Bos di panggil Nona bukan Nyonya? Terus kenapa Daniel Wang memakai nama marga Ibunya? Biasanya kan, marga anak itu ikut Bapak." Akhirnya aku mengeluarkan hal yang bikin penasaran beberapa hari belakangan ini.
"Kamu tertarik sama pria itu, ya?" Buk Wik malah balik bertanya sambil senyum-senyum.
Aku tersipu malu.Pengen berbohong sih, tapi sepertinya tiada guna. Toh, Dia akan mengetahui hal itu juga.
"Nggak papa, kalau kalian saling suka. Yang penting hati- hati. Jangan sampai seperti dia!" ucap Buk Wik dengan tangan menunjuk ke kamar Teh Wella yang kosong.
"Eman- eman kerudungmu, Mey!" tambahnya lagi.
Aku mengangguk patuh. Dalam hati sudah tidak sabar menunggunya segera menjawab pertanyaanku.
"Ceritanya begini. Bu Bos itu dulu, pacaran sama Bapaknya Wang yang seorang Politikus dari Tiongkok. Saat itu Bapaknya Wang lagi berdinas di sini. Setelah mereka pacaran sekitar dua tahun, Bu Bos baru tahu kalau Bapaknya Wang itu sudah berkeluarga di negaranya sana. Jadi mereka berdua tidak bisa menikah,” Buk Wik berhenti untuk mengambil napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANG (COMPLETED)
RomanceTidak berapa lama kemudian, Aku mendengar suaranya lagi. Kali ini lebih dekat di belakangku. "Hey, Kamu yang memakai napkin(serbet) di kepala!" Aku menoleh. "Maaf, kamu memanggilku?" "Terus siapa lagi kalau bukan kamu?" Suaranya kasar. Wajahnya apal...