Part 8

2K 275 14
                                    

Aku membuka pintu dan menyalakan lampu yang ada di teras kecil itu. Udara luar yang super dingin langsung menyambutku.

Wang.

Dia terduduk lunglai di lantai dengan punggung menyandar ke tembok sebelah pintu. Aku buruan masuk memakai jaket dan jilbab. Untung saja musim dingin, jadi piyama ini sudah panjang.

Kudekati pria itu. Matanya setengah terpejam, merah dan berair, wajahnya juga. Dia berbau alkohol. Mabuk.

Kulihat dia dua kali mencoba bangkit, tapi tak berhasil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kulihat dia dua kali mencoba bangkit, tapi tak berhasil. Beberapa kali mulutnya menggumam tidak jelas.

Aku bingung harus bagaimana. Aku sering lihat di film- film, kalau ada orang dalam keadaan mabuk. Biasanya mereka akan memapahnya masuk, melonggarkan baju dan menidurkannya.

Berarti aku harus melakukan hal yang sama. Yaitu memapah Wang masuk. Tapi kemana? kamarku atau kamarnya saja?

Ah ... jam segini, sepertinya tidak mungkin  mengantar ke kamarnya. Secara harus turun tangga dan mungkin juga, akan berhadapan dengan keluarganya

Akhirnya kuputuskan memapahnya masuk ke dalam. Semula mau kutidurkan dia di sofa ruang tamu saja.

Namun di situ kan, tidak ada penghangat ruangan. Kasihan, karena kebanyakan orang sini itu sangat sensitif. Gerah sedikit AC, dingin sedikit penghangat. Bahkan kalau keluar rumah, panas sedikit saja, mereka akan memakai payung.

Tidak seperti orang Indonesia. Mereka terbiasa cuek dengan segala cuaca dan keadaan, meskipun mungkin karena terpaksa. Aku tidak tahu sih,  apakah Si Wang tipe seperti itu atau bukan. Namun yang jelas, aku takut terjadi apa- apa dengannya.

Jadi kubawa saja Wang masuk ke kamarku yang ada penghangatnya. Sepatu dan jaket tebalnya kulepas sebelum kurebahkan dia di ranjang. Selanjutnya kubuka dua kancing teratas bajunya, dan menyelimutinya.

Aku terperanjat saat Wang bersuara lirih.

"Ini tidak boleh terjadi. Kamu harus menjauh ... Dirimu hanya akan membawa keburukan baginya. See ... She's such a Little Saint*. Polos. Kamu tidak pantas untuknya. Pergilah sebelum semuanya terlalu dalam."

Rupanya dia mengigau atau lebih tepatnya bicara ngelantur. Matanya masih terpejam.
Ah ... ciri khas orang mabuk!

Aku tinggalkan dirinya yang tertidur.  Kututup pintu kamar dan duduk di sofa. Dingin!

Aku harus bagaimana? Apakah aku harus tidur di sebelahnya? Tidak mungkin! Lebih baik aku tidur di sofa meskipun kedinginan.

Pintu kamar kubuka saja, jadi hawa hangatnya bisa sampai ruang tamu.Sehingga aku tidak akan mengigil kedinginan.

Selimut satu-satunya juga di pakai Wang. Ya sudah, Aku pakai sweater tebal diatas piyamaku, masih kutambahin pakai jaket tebal pula. Kaos kaki juga ku dobel. Sekarang tubuhku menjadi hangat, meskipun jauh dari kata nyaman.

WANG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang