Epilog

3.1K 263 17
                                    

Whiska POV

Sementara Wang mandi dan bersiap untuk kembali ke kantor, aku membereskan bekas makan siang kami. Perkakas makan dan masak, semua kumasukkan ke Dishwasher*. Aku mengelap meja, kompor dan sekitarnya sebentar.

Oh ya, semenjak menikah, kami memang berbagi tugas rumah tangga. Wang bertugas memasak karena dia bisa memasak jauh lebih baik dan enak ketimbang aku. Sedangkan laundry dan kebersihan rumah adalah tugasku.

Sebenarnya lebih ke beres-beres rumah sih, soalnya ada si Bibi yang setiap Sabtu datang membantu tasau*. Semenjak aku hamil, tugas laundry pun diambil alih oleh Wang. Kalau soal berbelanja kebutuhan rumah tangga, biasanya siapa yang sempat saja. Keseringan sih Wang yang sempat.

Untuk kebutuhan yang tidak mendesak dan berat, kami mendapatkannya dengan online. Setelah semuanya bersih aku beranjak keluar dari dapur.

Aku menaruh tubuh ini di kursi Osim yang berwarna marun di pojok ruangan, lalu menyalakan. Sambil menikmati pijatan kursi, aku melayangkan pandangan ke seluruh ruangan.

Kami menyebut ruangan ini, kamar Baby Z

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami menyebut ruangan ini, kamar Baby Z. Kamar ini baru selesai Interiornya dua hari yang lalu. Kalau Allaah mengijinkan, bayi kami akan berjenis kelamin laki-laki, jadi aku mendominasi tempat ini dengan warna light blue.

Sebenarnya Wang ingin mengisi kamar ini dengan banyak furniture bagus dan mahal, tapi aku melarangnya. Aku lebih suka yang minimalis saja, supaya terlihat rapi, bersih dan tidak repot dalam perawatannya. Lagipula aku tidak suka dengan segala sesuatu yang berlebihan karena efeknya pasti tidak baik.

Kehamilan lima bulan membuat tubuhku menjadi gampang kecapekan. Wang sudah beberapa kali menyuruhku cuti kuliah, tapi menurutku masih terlalu dini untuk mengambilnya. Aku kan, ingin cepat lulus!

“Lil Wish, aku pergi dulu, ya! Ingat, nanti jam empat kita ke bandara untuk menjemput Bapak dan Ibuk! Jangan lupa juga untuk minum obat!” pamit Wang sambil mencium keningku terus perutku lalu bibirku.

“Okey, xiao xin* o!” jawabku singkat.

“Oh ya, satu lagi! Nanti malam aku dan Wira akan menghadiri rapat di masjid besar, jadi kemungkinan dia akan menaruh Wei Ying di sini untuk menemanimu. Sekalian mereka mau menyambut kedatangan Bapak dan Ibuk. Well, Assallamu alaikum and bye!” katanya lagi sambil memakai kaos kaki dan sepatunya lalu menghambur keluar.

“Waalaikum salam and bye!”

Mataku ngantuk tapi tidak mau tertidur, meskipun sudah di relaksasi. Biasanya jam segini aku masih sibuk di kelas. Hari ini aku dapat dua kelas kosong, jadi aku bisa bersantai di rumah. Aku mengambil remote TV dan menyalakannya.

Nanti sore Bapak dan Ibuk datang. Ini kali keduanya mereka mengunjungi kami. Kali ini, kami menginginkan mereka untuk pergi haji bareng kami bulan depan. Mumpung ada kesempatan.

Oh ya! Berhaji di Taiwan itu lebih mudah prosedurnya.Tidak seperti di Indonesia yang kalau mau berhaji, harus mendaftar beberapa tahun dulu sebelumnya. Di sini kita bisa mendaftar haji, hanya beberapa bulan saja sebelum jadwal keberangkatan. Penyebabnya adalah kuota Hajinya lebih besar ketimbang jamaahnya.

WANG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang