🎐AHAD STORY
Hari/Tgl. : Ahad, 28 Oktober 2018
19 Safar 1440 H
No. : 362/AS/KOM/X/2018
Tujuan : Semua KUTUBer
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
💦❄💦❄💦❄💦❄💦❄💦☘ Sumbangan
Malam itu, jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Aku terbangun karena haus. Kukira semua anggota keluarga sudah tidur, tapi ternyata ada kakakku yang justru sedang mengintip ke arah luar. Karena penasaran, aku pun menghampiri.
"Ngapain sih kak?" Tanyaku sambil ikut-ikutan melihat ke luar. Tampak segerombolan pemuda berkumpul di sana. Dengan sedikit tersentak, kakakku menoleh. "Kaget. Itu lho lagi liatin remaja-remaja itu ngapain sih hampir tengah malam ngumpul gitu? Lagi rundingin apa sih? Jadi curiga." Katanya masih sambil mengawasi. "Ssttt... Jangan suudzhon, kak." Tanpa menunggu balasan kakak, aku mengambil segelas air dan memilih untuk tidur kembali.
Esoknya beberapa tetangga terdengar gaduh di depan rumah, tepatnya di pos tempat para pemuda berkumpul semalam. Karena penasaran, aku pun ikut nimbrung. Betapa kagetnya aku ketika melihat pos depan rumah super berantakan.
🌹🌹🌹
"Tuh kan, pasti anak-anak yang semalam nih." Komentar kakakku. Aku berdecak. "Ya sudah sih, daripada komen doang, mending kita bersihkan, Mumpung hari libur." Aku langsung merapikan. Tanpa kuduga, banyak warga yang ikut merapikan meski ada beberapa yang tetap ngedumel.
Malamnya, kebetulan aku baru pulang dari rumah Amanda untuk urusan skripsi. Aku sengaja turun dari ojol di depan gang saja, sehingga aku harus berjalan kaki. Dan pemandangan kemarin malam terjadi lagi. Kali ini kuberanikan diri menghampiri.
"Assalamu'alaikum. Maaf, boleh tau kalian sedang apa? Soalnya tadi pagi banyak warga yang protes di sini banyak sampah." Aku coba menginfokan. Salah satu dari mereka berdiri menghampiriku. Pakaiannya memang sedikit aneh. Bisa dibilang agak tak terurus. Raut wajahnya seram, tapi teduh. Seketika ia tersenyum.
🌹🌹🌹
"Maaf kak, kami sedang siapkan perlengkapan untuk galang dana Palu, Sigi, Donggala. Kemarin itu kami keburu capek, jadi belum sempat rapihkan barang-barangnya. Sebetulnya itu bukan sampah kak. Itu perlengkapannya." Katanya amat sopan. Aku sedikit lebih tenang.
"Tapi itu kan barang bekas." Kataku masih tak yakin. "Iya kak, barang-barang itu yang kami manfaatkan untuk diubah menjadi seauatu yang bermanfaat dan berdaya pakai,Terus kami jual, dan hasilnya untuk sumbangan. Maklum kak, kami anak jalanan, gak bisa langsung kasih uang tanpa bikin apa-apa." Jelasnya membuatku tersentak. Aku mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Kali ini, dirapihkan ya sebelum pergi jualan." Kataku sambil senyum. Usai mereka menyetujui saranku, aku pun berbalik badan dan pergi. Belum ada 5 langkah, aku menoleh lagi. Mereka anak jalanan lho. Bisa dibilang kekurangan. Tapi mereka memikirkan nasib orang lain di sana. Lah aku? Aku yang berkecukupan, sudah melakukan apa untuk mereka? Seketika aku malu sendiri.
🔹🔸🔹
✍🏻 Mitha Juniar❄💦❄💦❄💦❄💦❄💦❄
==========☆☆☆============
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK TO ALLAH
روحانياتTujuan saya mempublikasikan tulisan ini yaitu Sebagai sesama hamba Allah kita diharuskan saling mengingatkan...! Dan tulisan ini tidak murni dari olah pikir saya sendiri, melainkan dari berbagai sumber. Semoga berkah #rabu 16 agustus 2017