💦💦💦💦💦
*Lelaki Langit itu Telah Kembali*By : Hendra Suryakusumah
Ketiba aku kebangun. Ketika jarum jam 2.34 pagi. Nyatanya kantung kemihku penuh. Setengah mengantuk aku bergegas ke kamar kecil, menerobos masuk seraya menggigil.
Enam detik kemudian aku terpaku heran. Sudah ada ibu berdiri depan. Kenapa ibu ada di sini? Bukankah almarhumah sudah lama meninggalkan kami. Rasa kantung kemih mendadak hilang ditelan bumi. Seorang lelaki yang tak kukenal berdiri di samping ibu. Badannya kurus, wajahnya tirus.
"Mas Bagus, ibu njaluk tulung.
(Ibu minta tolong). Kalau umrah titip ini," ujar ibu dengan logat Jawa-nya yang kental sambil menunjuk lelaki di sampingnya."Nggih Bu. Tapi nyuwun sewu, iki sopo toh?"(iya bu.tapi maaf ini siapa) tanyaku heran. Ibu tak menjawab.
Lelaki itu kupandang kemudian.
IMRUL. Aku melihat itu di atas saku kemejanya. Di bawahnya lalu berderet angka. Jelas sekali semuanya terbaca.
Ketiba aku terbangun dan mengerjapkan mata.
"Mas Bagus mimpi lagi ya?" ujar istriku lembut sambil membelai kepalaku.
Jantungku berdegup keras.
"Ini sudah tiga kali mimpinya sama," ujarku sambil bergegas pergi ke kamar kecil. Jarum jam 4.34 pagi. Adzan Subuh berkumandang.
***
Sopirku Pak Sanusi, mendengus pelan di belakang kemudi. Jakarta padat merayap malam hari ini. Duduk di kursi belakang, aku sibuk dengan MacBook Pro menyelesaikan laporan audit tahunan yang hampir jatuh tempo. Saat Pak Sanusi meliukkan Toyota Camry, aku jadi teringat pada mimpi.
Almarhumah ibu dan Ielaki yang tak pernah aku jumpa. Kemeja bertuliskan Imrul, dan deretan angka.
Mungkinkah deretan angka itu nomor handphone? Apakah lelaki itu namanya Imrul?
Suara nada tunggu digantikan ucapan salam terdengar dari seberang sana. Suara perempuan.
"Apa saya bisa berbicara dengan Pak Imrul?" tanyaku sedikit ragu.
Hening tak ada jawaban sampai beberapa menit kemudian.
"Assalamu'alaikum. Iya ini dengan Imrul," suara lelaki sopan.
Deugh !! Ini pasti cuma kebetulan. Dan jantungku berdegup keras.
Tak ingin berlama-lama di telepon, malam itu aku menyambangi rumah Imrul, lelaki kurus berwajah tirus. Usianya sekitaran tiga-puluh plus-minus.
Kami lesehan di atas lantai semen yang sebagiannya retak, di ruang tamu sebuah rumah petak.
"Panggilnya Mas Imrul saja," ujarnya sopan. Aku tersenyum bercampur heran. Dari wajahnya, memang dialah lelaki yang ada dalam mimpiku.
"Kalau boleh tahu, Bapak dapat nomor telepon ini dari mana?"
Dan berceritalah aku tentang mimpi aneh yang berulang tiga kali itu. Mas Imrul diam. Wajahnya makin tirus mirip kucing restoran berharap makanan.
"Apa sampeyan pernah bertemu almarhumah ibu saya?" tanyaku sambil menyodorkan foto almarhumah di Instragram-ku. Tak perlu waktu lama buatnya untuk berkata tidak. Aku menggaruk kepala.
"Mas, kalau bukan karena almarhumah ibu, saya tidak akan pedulikan mimpi itu," ujarku pelan sambil memegang pundaknya. "Saya ingin mengajak Mas Imrul pergi umrah."
"Tapi saya ini mantan napi Pak. Belum sebulan bebas," ujar Mas Imrul ragu. Sepertinya dia tidak percaya dengan ucapanku.
Bulu tengkuk di leherku berdesir aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK TO ALLAH
SpiritualTujuan saya mempublikasikan tulisan ini yaitu Sebagai sesama hamba Allah kita diharuskan saling mengingatkan...! Dan tulisan ini tidak murni dari olah pikir saya sendiri, melainkan dari berbagai sumber. Semoga berkah #rabu 16 agustus 2017