2. Pertemuan

8.9K 257 1
                                    

Tring.. tring.. tring

Suara jam beker milik Adel berbunyi dan menunjukkan pukul 05.00 pagi. Adel segera bangun lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Sebelum keluar, ia menyempatkan diri menatap pantulan dirinya di cermin.

Selesai menggosok gigi dan mandi, Adel memakai seragam putih abu-abunya. Sepeti biasanya rambut Adel dikepang dua dan tak lupa kacamata bulatnya.

“Adel sarapan yuk sayang!” panggil Diana, Mama Adel dari lantai bawah atau lebih tepatnya di ruang makan. “Iya Ma, sebentar!” sahut Adel.

Adel menuruni satu persatu anak tangga rumahnya. Ia menghampiri Diana yang tengah meletakkan piring di meja. “Biar Adel aja Ma,” Adel hendak mengambil piring yang di pegang Diana tapi ditolak halus oleh mamanya.

“Gak usah. Ini kan tugas Mama, kamu duduk aja biar Mama siapin.”

“Tapi kan Ma—”

“Adel dengerin Mama kamu,” Lucas, Papa Adel datang dan menarik salah satu kursi di sebelah Adel untuk duduk. “Iya Papa,” Adel duduk di sebelah kiri papanya disusul Diana yang duduk di sebelah kanan Lucas.

Tak lama Adel selesai sarapan dan segera mengambil tas lalu memakai sepatu. “Adel papa mau nanya sesuatu,” Lucas datang menghampiri.

“Kenapa Pa?”

“Sayang... sampai kapan kamu dandan gini? sampai kapan kamu rahasiain kalo kamu anak Papa?” tanya Lucas khawatir. Ia gelisah karena sudah dua tahun Adel berdandan seperti ini. Kadang pria itu sempat berpikir jika putrinya malu memiliki orang tua sepertinya.

“Gak tau Pa. Mungkin... selamanya,” ujar Adel santai. “Tapi kan-”

“Sudahlah Mas... Adel ini bekal kamu,” Diana menyerahkan sekotak bekal untuk Adel.

“Makasih ya Ma. Adel berangkat dulu,” pamit Adel tak lupa mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu mengambil sepeda putihnya di garasi rumah.

Lucas menghela napas panjang melihat Adel mulai mengayuh sepedanya meninggalkan rumah, “Ini semua salahku. Gara-gara kesalahanku Adel jadi begini.”

“Ini juga salahku, salah kita berdua. Kita yang bikin Adel berubah. Sekarang kita cukup dukung dan selalu ada disampingnya aja,” ujar Diana tersenyum menatap Lucas.

“Kamu benar.”

Di Sekolah...

“Pagi Del!” sapa Lina menghampiri Adel yang berjalan di halaman sekolah.

“Pagi juga,” balas Adel.

“Pagi semua!” Mika tiba-tiba merangkul pundak Lina.

“Pagi,” balas Adel dan Lina hampir bersamaan.

“Bisa lepasin? Berat tau,” Lina menepis tangan Mika yang berada di pundaknya. “Tangan gue kan gak berat,” protes Mika dengan wajah cemberut.

“Tas aku berat, tambah tanganmu jadi tambah berat,” Lina melirik sinis dibalas cengiran Mika, “Sorry gue gak tau habis tas gue enteng banget.”

“Dasar anak IPS,” sindir Lina.

“Apa hubungannya?”

Bukk

Bahu Adel tanpa sengaja menyenggol bahu seorang cowok yang lewat membuat cowok itu membentak marah, “Kalo jalan liat-liat dong!”

“Maaf,” Adel menundukkan kepala. Dia bingung mengapa tiba-tiba ia menjadi takut dengan bentakan cowok itu.

Andrian & AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang