5. Perasaan Mika

7K 213 2
                                    

Pagi hari di Rumah keluarga Mika...

Bunda Mika meletakkan piring berisi roti selai kacang di depan Mika. Putrinya itu segera melahapnya dengan perasaan kesal.

Morning adekku sayang!” sapa Nanda riang tapi sapaannya justru dibalas ketus sang adik.

“Uluh-uluh... jangan ngambek dong, gue kan udah minta maaf.”

“Gimana gak ngambek, lo lama banget kemaren! Kalo gue kenapa-kenapa gimana?! Lo mau tanggung jawab?!”

“Kan gue kemaren bilang ada urusan mendadak di kampus.”

“Heleh! Kalo gue tebak ada dua kemungkinan nih kenapa lo ninggalin gue.”

“Maksud?”

Mika tersenyum jahil, “Satu! Lo emang ada urusan mendadak kemarin..” ia menjeda seraya melirik Nanda sekilas, “Dua! Ini yang paling mungkin.”

Tanpa sadar Nanda merasa gugup.

“Kemaren kita ngeliat Adel di depan sekolah sendirian, pasti lo ninggalin gue buat meriksa dan nganter dia pulang kan? Hayo ngaku...”

“Nggak kok gue emang ada urusan! Ya walau gue juga nganterin juga sih,”Aku Nanda.

“Nah kan betul gue bilang! Kenapa gak ditembak aja sih bang mumpung belum ada yang punya?”

“Kapan-kapan aja deh.”

“Yakin nih? Entar nyesel loh.”

Nanda mencubit pipi Mika lalu duduk di sebelahnya.

“Nggak bakalan!”

“Apaan nih ngomong nembak-nembak? Fokus sekolah dulu baru boleh gituan,” tegur sang bunda.

“Dengerin tuh bang! Masa tadi pipiku dicubit bun sama abang, nih merah kan?” adu Mika seraya menunjukkan pipinya yang tadi dicubit Nanda.

“Kayak lo nggak naksir aja.”

“Siapa emang?!” tantang Mika.

“Lo kira gue nggak tau? Cowok di sekolah lo kan? Namanya siapa ya? M-Meza... Michael? Mi-Mimi? Mirza... oh.. Mirza kan?!”

“Siapa juga yang naksir si playboy gitu?! Ogah gue!” bantah Mika.

“Ngga usah ngelak, gue tau kok waktu itu gue ngeliat lo ngeliatin dia yang lagi goda-godain cewek pas pulang sekolah. Elo cemburu kan?” goda Nanda menoel pipi Mika dengan telunjuknya.

“Gue bilang nggak ya nggak!” Mika berdiri lalu membawa piringnya ke wastafel. Tas merahnya di sofa diambilnya kemudian Mika memakai sepatunya dengan cepat.

“Tunggu! Gue belum habis makan, lo pengen berangkat sendiri?”

“Ya udah cepetan kalo gitu!”

“Kalian ini sehari nggak kelahi bisa gak? Pusing bunda tiap hari liat kalian,” ujar Bunda Nanda dan Mika.

“Abang nih yang duluan mancing-mancing!” Mika menunjuk kakaknya.

“Gue nggak mancing loh, kalo mau di sungai sana!”

“Udah-udah, Nanda cepetan habisin makannya entar telat loh.” Nanda segera menghabiskan makanannya dan mengambil kunci motor di atas meja sofanya.

“Nanda berangkat ya bun,” pamitnya seraya mencium punggung tangan bundanya. “Hati-hati ya!” Motor ninja diambilnya dari garasi dan segera dinyalakannya.

“Ayo cepetan!” Mika memakai helm dan duduk di boncengan motor. Ia melingkarkan kedua tangannya di perut Nanda.

“Nggak usah meluk gue, lo bukan pacar gue!”

Andrian & AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang