4. Hukuman?!

7.3K 227 5
                                    

KALIAN BERDUA BERHENTI!

Adel dan Rian segera menoleh. Terlihat seorang wanita paruh baya menatap mereka dengan kilatan marahnya. Semua murid bergidik ngeri melihat wanita itu tak lain adalah Bu Kalinda, guru yang terkenal killer di sekolah itu.

“Kalian ini kan murid berprestasi! Malah kelahi! Sekarang kalian bersihin gudang belakang sekolah!” perintah Bu Kalinda.

“Ta-Tapi kan bu saya—”

“Nggak ada tapi-tapian! Kerjakan SE-KA-RANG!” ucap Bu Kalinda penuh penekanan. Adel dan Rian langsung bergegas menuju gudang belakang sekolah mereka.

Bu Raisa tersenyum tipis melihat Adel dan Rian pergi, “Siapa yang menduga kalau gadis itu sekarang banyak bicara. Aku tidak sabar melihat kisah mereka kedepannya.”

Di tempat yang sama, Rena mengepalkan tangannya mencoba menahan amarah, “Sialan lo! Tunggu balesan dari gue.

“Adel sama Rian ada hubungan apa?” gumam cowok yang tadi duduk di sebelah Rian.

Di Gudang Sekolah...

Adel dan Rian melaksanakan hukuman dari Bu Kalinda. Adel menyapu dan mengepel sedangkan Rian mengangkat lalu memindahkan benda-benda berat ke tempatnya.

Debu di gudang itu sangat banyak sehingga Adel bersin, “Ha-Hachim!” ia menutup mulut dan hidungnya dengan telapak tangannya.

“Semoga umur lo pendek,” celetuk Rian santai.

“Doa apaan itu?! Harusnya doa yang baik-baik dong!” protes Adel tidak terima.

“Serah gue dong. Mulut-mulut gue!” Adel memilih mendiamkan Rian dan melanjutkan kegiatannya. Tapi Rian malah tidur di salah satu meja gudang dan bermalas-malasan.

“Kenapa berhenti, kan belum selesai?”

Rian menjawab santai, “Gue capek. Lo aja yang kerjain.” Cowok itu perlahan memejamkan kedua matanya.

“Nggak bisa gitu dong, ini kan hukuman kita!”

“Lebih tepatnya hukuman lo. Gue cuman kena imbasnya.”

“Kok aku sih?! Ini salah kamu juga tau!”

Rian langsung bangun dan berjalan menghampiri Adel yang memegang sapu. Cowok itu terlihat jauh lebih tinggi saat berdiri di depan Adel. Entah kenapa jantung cewek itu berpacu cepat saat Rian berdiri di hadapannya.

“Salah gue? Salah lo karna lo selalu ada ke manapun gue pergi.”

“A-Aku lagi? Kamu suka nyalahin aku terus ya.”

“Ya emang salah lo, tumben nyadar.”

“Ooh aku memang nyadar kok. Emang salahku!” Adel langsung memukul Rian dengan gagang sapu yang di pegangnya.

“Aduh! Aww! Sakit bego!” umpat Rian seraya berlari menghindari Adel.

“Minta maaf nggak?” tuntut Adel yang mengejar Rian. Cowok itu mengeleng cepat, “Nggak akan!”

“Ooh kamu yang minta ya,” Adel kembali memukul Rian dengan gagang sapunya.

“Aw! Aww! Ish, oke-oke gue minta maaf!”

“Hmm... permintaan maaf di tolak,” Adel masih memukul Rian dengan gagang sapu yang di pegangnya. “Kejam banget sih lo.”

“Baru nyadar?”

Drap... drapp... drap

Terdengar suara langkah kaki menuju gudang. Tampak wanita paruh baya berjalan dengan tegasnya semakin mendekat. Siapa lagi kalau bukan Bu Kalinda yang ingin mengecek keadaan Rian dan Adel.

Andrian & AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang