Part 2-A

6.1K 645 155
                                    

Nih ya, sebenarnya ini tuh waktunya gue nulis ff 'young procuress'. Tapi entah kenapa ya, beneran entah... akhir-akhir ini aku gue tuh lagi suka nulis yang nangis-nangisan dan sedih mendayu-dayu kkkkkkk That's why gue lanjutin ff ini duluan :D

Eum, lagian 'young procuress' tinggal happy scene-nya doang sih. sementara gue sendiri agak susah nulis happy scene sebenernya. Makanya kenapa tiap ff yang tulis, tiap tinggal happy-nya pasti gue update-nya lama, karena gue kesulitan nulisnya kkkkkkk mohon maklum yes! :D


~~~ HAPPY READING ~~~


BLAM

Yoojung membanting pintu mobilnya dengan kasar. Setelahnya, kakinya pun melangkah dengan cepat, bahkan setengah berlari. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, mencari lorong menuju unit gawat darurat.

"Ya Tuhan... selamatkan dia. Kumohon selamatkan dia."

Yoojung terus meracau, mendoakan sahabatnya yang entah bagaimana keadaannya. Sungguh, ia benar-benar kalut, bingung dna ketakutan. Ya, tepatnya sejak sekitar setengah jam yang lalu, sejak panggilannya ke ponsel Ji Ahn diterima oleh seorang perawat, sejak ia mendengar jika sahabatnya tidak sadarkan diri dan terpaksa dibawa ke rumah sakit.

Setelah melewati beberapa lorong, kaki Yoojung pun akhirnya berhenti melangkah, tepat di depan sebuah pintu. Sejenak gadis itu menatap pintu tersebut. Bingung, ya, itu lebih tepatnya. Sekarang ia harus apa? Bertanya pada siapa?

Ceklek

Yoojung berjingkat pelan. Tiba-tiba pintu di depannya terbuka, membuatnya mundur beberapa langkah. Hingga kemudian, seorang perawat keluar dari sana.

"Eum, chogiyo..."

Perawat yang hendak melewati Yoojung pun menoleh, memperhatikan gadis yang ia yakini pasti berbicara padanya. "Ya?"

"Aku... aku baru saja mendapat kabar jika sahabatku pingsan di taman dan dilarikan ke unit gawat darurat. Apakah dia ada di ruangan ini?" Tanya Yoojung dengan tatapan was-was.

"Ah, gadis dengan tanda pengenal bernama Yoon Ji Ahn?"

"I-iya." Yoojung mengangguk dengan cepat. "Dia sahabatku. Di-dimana dia?"

"Ada di dalam." Jawab perawat yang berbicara dengan Yoojung itu. "Dia belum sadarkan diri. Dan Nona, sahabat anda itu... pengidap penyakit kanker? Dia ditemukan pingsan dengan hidung penuh darah."

"Ya, kanker darah stadium akhir." Lirih Yoojung, bahunya melemas. Pingsan dengan hidung penuh darah? Ji Ahn pasti sudah tidak bisa bertahan lagi.

"Pantas saja." Sahut yang perawat. "Sebenarnya aku sudah sering melihatnya menemui Dokter Kwon. Ah, dia harus segera dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif, Nona. Jadi, bisakah kau menghubungi keluarga atau walinya?"

"Ke-keluarga?" Cicit Yoojung. Siapa? Nyonya Yoon yang lebih memilih bersenang-senang dengan putri kandungnya? Atau keluarga Kim yang sialan jahatnya itu? "Kenapa harus menghubungi keluarga segala? Kau... hanya tinggal memindahkannya saja, bukan?"

Perawat di depan Yoojung tersenyum simpul. "Kami perlu mengurus beberapa berkas administrasi untuknya, Nona."

"Kalau begitu aku yang akan mengurusnya sekarang!" Sahut Yoojung dengan cepat.

"Ya, silahkan anda menuju ke bagian administrasi. Setelah anda menyelesaikan pembayaran awal, kami akan memindahkan sahabat anda ke ruang ICU." Jelas sang perawat.

"Tunggu, pembayaran?" Pekik Yoojung tanpa sadar, namun kemudian menutup mulutnya dengan telapak tangannya. "Ma-maaf. Maksudku... pembayaran, ya." Ia pun mendesah pelan pula. Pembayaran, uang, ia bahkan tidak membawa uang banyak. Lalu, harus bagaimana ia sekarang? Ji Ahn butuh perawatan. "Bi-bisakah kau pindahkan saja dulu? Mengenai pembayaran-"

In The End...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang