Part 7-A

6K 726 184
                                    

WARNING!!!

Kalo nemu typo, abaikan yak! Akika ngedit sambil berjuang melawan lelah dan kantuk soalnya :D


~~~ HAPPY READING ~~~


Ji Ahn kembali terbaring di ranjang rumah sakit. Ya, sejak beberapa hari yang lalu, meskipun kondisinya tidak cukup genting, ia tetap harus kembali. Dan Kyuhyun sendiri pula yang selalu mengawasinya.

Saat ini, di samping kanan dan kiri ranjang Ji Ahn, ada beberapa orang di sana. Kyuhyun serta Perawat Min yang tengah mempersiapkan peralatan mereka, lalu Nyonya Kim dan Heechul yang nampak menemani di sana.

"Hey, kenapa kau tegang seperti itu?"

Kyuhyun bertanya, membuat lamunan Ji Ahn buyar seketika. Di tangan pria itu, terdapat sebuah jarum suntik dengan cairan gelap di dalamnya. Dan Ji Ahn tahu, itu pasti cairan untuk kemoterapinya, warnanya sama seperti yang pernah Siwon suntikkan ke dalam cairan infuse-nya bulan lalu.

"Tidak apa-apa." Lirih Ji Ahn, terdengar sangat pelan. Gadis itu berusaha tenang, dengan menyingkirkan raut wajah gelisahnya. Hanya saja, tentu hatinya tidak bisa berbohong. Bukan hanya gelisah, ia juga... takut. Meskipun Kyuhyun, bahkan Siwon mengatakan jika ini tidak apa-apa, namun hal itu tetap horror bagi Ji Ahn. Ya, mungkin setelah lebih dari satu minggu, efek buruknya sudah mulai berkurang, membuatnya membaik pula. Tapi Ji Ahn tidak akan pernah lupa dengan efek tepat setelahnya. Tubuhnya seakan remuk, nyeri dimana-mana, tidak bernafsu makan, terus mual hingga mimisan. Bahkan waktu itu, ia pikir ia akan langsung mati setelahnya.

Kenapa ini harus dilakukan lagi? Tidak bisakah tidak usah saja? Ji Ahn mengeluh dalam hati. Ia benar-benar takut. Ia tidak ingin mengalami dan berada dalam kondisi buruk itu lagi, benar-benar tidak ingin.

"Tenanglah... jangan tegang seperti itu. Kau sudah pernah melewati ini sebelumnya." Ujar Kyuhyun. Pria itu senantiasa mengulum senyumnya, seakan memberi Ji Ahn ketenangan di sana. "Aku akan di sini menemanimu." Ucapnya, sebelum kemudian ia menyutikkan cairan ke dalam kantong infuse Ji Ahn.

"Kami juga akan di sini." Timpal Nyonya Kim.

Ji Ahn membalas ucapan Nyonya Kim dengan senyumnya yang kemudian membuat wanita yang melahirkannya itu tersenyum pula. Namun, lagi-lagi Ji Ahn tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Melihat Nyonya Kim yang tersenyum tulus kepadanya, Ji Ahn tahu, wanita itu pasti menggantungkan harapan yang cukup besar akan kesembuhannya. Dan hal itu justru membuat hati Ji Ahn sesak luar biasa. Akan bagaimana wanita nanti jika ternyata harapannya hanyalah sesuatu yang kosong? Erang Ji Ahn dalam hati.

~~~ *** ~~~

Berjam-jam jam setelah dosis kedua disuntikkan telah berlalu. Dua orang yang ada di ruang perawatan intensif itu nampak sedikit kalang kabut. Ya, Kyuhyun dan Perawat Min. Prediksi mereka salah. Apa yang telah mereka perkirakan, hingga harapkan, yang terjadi adalah yang sebaliknya.

Kondisi Ji Ahn menurun, lemah tak berdaya, bahkan sepucat mayat. Gadis itu bukan hanya memuntahkan seluruh isi perutnya, hidungnya juga terus mengeluarkan darah segar. Sungguh, ini lebih parah dari yang sebelumnya. Tidak hanya itu, Ji Ahn juga terus merintih kesakitan. Dan lebih parahnya lagi, ketika Kyuhyun sedikit mengangkat tubuh Ji Ahn agar gadis itu bisa muntah di tempatnya, yang pria itu dapati justru hal lain. Bantal Ji Ahn, bantal berwarna putih itu telah dipenuhi dengan helaian-helaian rambut, cukup banyak.

Air mata Ji Ahn terus mengalir, seiring dengan sakit yang menyiksa seluruh tubuhnya. Inilah yang sangat gadis itu takutkan, karena bahkan, sakit ini lebih dari sebelumnya. Dan sekarang, ia hanya bisa pasrah. Di tengah kondisinya yang seperti ini, ia sudah tidak dapat berpikir jernih lagi. Namun, ia berpegang teguh pada satu hal... Tuhan selalu tahu apa yang terbaik untuk makhluknya, dan jika takdir telah memilih jalan untuknya, tidakkah itu memang sesuatu yang terbaik untuknya? Jadi, Ji Ahn akan menerimanya, mempersiapkan diri juga.

In The End...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang