WARNING!!!
Jangan bikin gue nyesel udah posting ini. Jangan bikin gue nyesel udah kasih hiburan gratis tanpa lock, gembok, private dan sebagainya. Gue bahkan gak nuntut apapun. Gue gak pernah mikir apakah kalian follow gue atau gak, apakah kalian like, vote, comment atau gak. Jadi jangan rewel. Yang penting kalian suka, terhibur di kalah gabut, buat gue itu udah cukup!
Satu lagi, cerita bagus dan berkualitas itu bukan cuma dilihat dari gimana penulisnya bisa membuat kalian terbawa suasana sampe nangis termehek-mehek, tapi kalo bisa yang juga bikin kalian cerdas dan dapat pelajaran atau makna baru.
The last, terima kasih untuk yang sudah mampi dan menghargai. Terima kasih juga untuk yang sudah mampir dan sekedar baca plus nambah viewers.
Salam ketchup mesra tiada akhir,
Yoon Ji Ahn yang selalu hobi bikin orang baper ^_^
~~~ HAPPY READING ~~~
Kyuhyun kembali menghampiri Ji Ahn begitu semua keluarga dan kerabat telah keluar. Pria itu, ia masih tetap tenang, tetap berusaha terlihat tenang lebih tepatnya. Senyum terbaiknya masih ia sunggingkan, dan persembahkan pada gadis di depan sana, yang baru saja resmi menjadi istrinya.
"Ayo, berbaringlah! Aku akan kembali memasang ventilatormu." Seru Kyuhyun pelan, seraya menyentuh bantal di belakang Ji Ahn, hendak membantu gadis itu untuk berbaring.
Sedangkan Ji Ahn, bukannya menuruti perkataan Kyuhyun, gadis itu menggeleng lemah, dengan sisa tenaganya. Ia menolak untuk kembali memakai alat bantu pernafasannya.
"Ji~ya..." Erang Kyuhyun pelan, rasa frustasinya seakan semakin menjadi-jadi saja.
Dan Ji Ahn hanya bisa menyunggingkan senyum tipisnya, seraya menatap Kyuhyun dengan tatapan penuh harap, berharap pria itu akan mengerti. Ia sudah tidak ingin memakai alat pernafasan atau apapun itu.
"Kau..." Kyuhyun menggeram tertahan. Pria itu seakan sudah kehilangan kata-kata. Ia tidak tahu harus seperti apa lagi. Ia bingung, takut dan khawatir. Hingga kemudian, ia memilih untuk duduk di ranjang, tepat di samping Ji Ahn. Pria itu juga menarik Ji Ahn pelan, ke dalam pelukannya. "Kenapa? Kenapa tidak mau?"
Ji Ahn tidak langsung menjawab pertanyaan Kyuhyun, meskipun ia masih dapat mendengarnya. Gadis itu justru memejamkan matanya sejenak, dengan tangan lemahnya yang meremas kain jas Kyuhyun. Saat ini, ia sedang berperang dengan rasa sakitnya, menahan hingga berusaha menghalau semuanya, sendiri. Meskipun tanpa ia pungkiri, rasa sakitnya begitu luar biasa, terutama di dadanya, rasa-rasanya udara seakan enggan masuk ke dalam paru-parunya.
"Ji~ya..." Erangan Kyuhyun kembali terdengar, bahkan kini terasa sangat pilu. Tak kunjung mendapat jawaban atau sekedar mendengar suara Ji Ahn membuat hatinya semakin kacau, semakin tak bisa dikendalikan. Dan untuk kesekian kalinya, ia melirik patient monitor, memastikan sesuatu di sana, berharap apa yang ditampilkan oleh monitor itu sesuai dengan apa yang diinginkannya, meskipun pada akhirnya... tidak. Bukan sebuah perkembangan, namun justru penurunan. Ya, semuanya menurun, detak jantung, tekanan darah, tekanan oksigen dalam darah, bahkan yang paling parah... pernafasan. Sungguh, rasanya Kyuhyun ingin menjerit sekeras-kerasnya, keadaan ini benar-benar membuatnya tersiksa.
"Ba-ha-gi-a." Dengan suara yang begitu lirih dan putus-putus, Ji Ahn memaksakan dirinya di tengah penderitaannya. Karena ia tahu, Kyuhyun menunggu suaranya. "Se-ka-rang."
KAMU SEDANG MEMBACA
In The End...
FanfictionPada akhirnya... Semua yang telah ditakdirkan Tuhan, akan berjalan begitu adanya. Pada akhirnya... Semua yang berasal dari Tuhan, akan kembali padanya. Pada akhirnya... Apa arti dari sebuah penyesalan? Jawabannya adalah... Tidak ada! WARNING!!! SILA...