Teng.. teng.. teng..
"Ayo Shaqueen, ini saatnya pulang." Jane menarik tangan Shaqueen yang akan berdiri.
Mereka berjalan menyusuri lorong menuju ke gerbang sekolah yang menghubungkan jalan ke asrama wanita. Mereka terus berjalan sampai tiba-tiba Shaqueen berhenti di depan ruangan yang sangat besar juga dengan pintu yang besar.
"Apakah ini perpustakaan?" Shaqueen terus memperhatikan ruangan itu dari luar.
"Ya, apakah kau mau ke dalam? Perpustakaan ini akan tetap terbuka jika kau ingin membaca di sana." Jane berjalan membawa Shaqueen masuk ke perpustakaan.
"Luar biasa! Ini sangat menakjubkan. Banyak sekali buku-buku disini. Mungkin ada ribuan. Rasanya aku ingin membawa buku-buku ini ke kamarku." Shaqueen terus berjalan di antara rak-rak buku yang sangat tinggi sampai-sampai ia tidak sadar jika Jane sudah tidak lagi di sampingnya.
Shaqueen mulai sedikit panik ketika ia mengetahui kalau Jane tidak lagi di sampingnya dan kini ia tersesat, tersesat di dalam perpustakaan.
"Ah, aku harus kemana? Apa kesana saja ya? Atau kesana? Atau..." belum selesai Shaqueen berbicara sudah ada yang memotong kalimatnya tadi.
"Kau bisa sebut namaku tiga kali dan aku akan datang," dengan santainya Ralprince berjalan ke arah Shaqueen.
"Benarkah? Kau pasti bercanda Prince. Tolong, jangan bodohi aku. Mentang-mentang aku masih baru," ujar Shaqueen sedikit kesal karena ia merasa dibodohi.
"Tentu saja tidak Queen," Ralprince mencubit pipi kanan Shaqueen gemas namun lembut dan kembali melanjutkan, "jika kau ingin memanggil seseorang, ya gunakan telepati. Sayangnya..." Ralprince menggantungkan kalimatnya membuat Shaqueen penasaran.
"Sayang kenapa?" Dengan polosnya Shaqueen melontarkan kalimat itu begitu saja.
"Cieee, manggil sayang. Awas berbahaya kalau kamu beneran suka sama aku," ucap Ralprince dengan pd-nya membuat Shaqueen kembali kesal melihatnya. "Haha, aku bercanda. Kita hanya bisa bertelepati jika salah satu di antara kita bisa telepati. Jika kita berdua bisa, itu lebih baik lagi."
Shaqueen masih mengerucutkan bibirnya walaupun ia masih mendengarkan perkataan Ralprince.
"Tahan Shaqueen. Jangan bergerak. Tetaplah memasang wajah seperti itu, itu membuatku semakin gemas denganmu," Ralprince hendak mencubit kedua pipi Shaqueen yang langsung menghindarinya.
"Baiklah, aku tidak ingin lagi bicara denganmu," Shaqueen pergi menuju keluar perpustakaan namun segera berhenti karena Ralprince memanggilnya.
"Hey, apakah kau masih ingat jalan keluar dari sini? Aku tidak yakin. Bukankah tadinya kau tersesat Queen?"
"Ya, kau benar. Aku memang tersesat dan aku juga sedang kesal," gumam Shaqueen sambil kembali berjalan ke arah Ralprince.
"Begini saja, aku akan membawamu dengan teleportasi. Bagaimana?" Ralprince dengan gaya ala pangeran yang menawarkan pergi jalan bersama seorang putri, mengajak Shaqueen untuk ikut bersamanya.
"Kau bisa teleportasi?"
"Tentu saja, kau lupa? Aku adalah cucu kepala sekolah."
"Terserah padamu Ralprince," Shaqueen memutar bola matanya maoas sambil meraih uluran tangan Ralprince.
Wush...
"Ini dimana? Kau menculikku?" Shaqueen langsung berbicara setelah ia melihat sekelilingnya yang sangat asing baginya.
"Tenanglah, ini kamarku. Aku hanya ingin menunjukkan sesuatu yang belum pernah kutunjukkan dengan temanku yang manapun. Ini sangat berharga untukku," Ralprince berjalan ke arah ruangan di kamar itu sambil masih diikuti oleh Shaqueen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantastic High School (DISCONTINUE)
Fantasy#1 Sihir [16-5-2019] #7 Fantasy [18-5-2019] Shaqueena Almeera Frazza, Semua orang bisa menjadi penyihir. Tapi, tak semua orang bisa menjadi penyihir hebat. Semua penyihir bisa mencintainya. Tapi, tak semua penyihir bisa dicintai olehnya. Aku akan...