Srek.. srek..
Shaqueen langsung mengarahkan tongkatnya ke arah semak yang bersuara tadi. Kini mereka semua ada di dalam hutan dan itu tepat saat tengah malam. Misi mereka hanya satu, mencari Xeon yang tadi sengaja bersembunyi.
"Awas!!"
Teriakkan itu membuat Shaqueen langsung menghindar, tetapi terlambat, wajahnya tergores ujung panah yang melesat tadi.
"Kau tidak apa?" Ralprince menghampiri Shaqueen yang terlihat meringis menahan sakit di wajahnya.
"Aku tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil." Shaqueen menghapus bekas darah di lukanya. Tidak menghiraukan dari mana asal anak panah tadi.
Mereka pergi berlima, bersama John, Jane tentunya dan Kai. Jika mereka --Shaqueen, Ralprince, John & Jane-- terlihat was-was dengan sekitar, Kai malah berjalan dengan santai di belakang mereka.
"Hei, apa itu?!" Shaqueen langsung mengejar sesuatu yang baru saja lewat. Ia tidak mendengarkan teriakkan Jane yang menyuruhnya kembali.
"Hah.. hah.. kemana makhluk tadi?" Shaqueen mengatur nafasnya dan kembali melihat ke sekelilingnya. Ia baru menyadari ternyata ia sudah lari cukup jauh dari teman-temannya. Menatap sekelilingnya dengan khawatir, terutama tempat gelap.
Srek
Shaqueen mengamati semak yang dari tadi bergerak. Ia mengarahkan tongkatnya --yang terdapat cahaya di ujungnya-- sambil terus mendekati semak tadi.
Sesuatu memegang kaki Shaqueen dari arah belakang, membuatnya terlonjak kaget dan langsung membalikkan badannya.
"Sedang apa kau di sini?" Shaqueen langsung jongkok untuk menyamai tinggi makhluk yang ada di depannya ini.
"Seharusnya Molly yang bertanya. Sedang apa kau di dalam hutan ini sendirian?"
"Molly itu namamu?" Shaqueen memperhatikan makhluk itu dari atas sampai bawah. Tinggi yang tidak sampai 100 cm, rambut hitam yang tidak terlalu rapi, ujung telinga berbentuk runcing mirip seperti telinga peri. Bahkan gaun putih tipisnya terlihat sedikit kotor dan ia tidak menggunakan alas kaki.
"Ya, namaku Molly. Aku adalah peri rumah. Maukah kau menjadi tuanku?"
"Peri rumah? Tetapi kau berada di hutan sekarang." Shaqueen bertanya dengan wajah bingung. Ia mencoba mengingat apakah ia pernah membaca tentang makhluk ini.
"Ya, kami masih sebangsa dengan kaum peri biasa. Hanya saja tubuh kami tidak sekecil mereka dan kami tidak bersayap. Kalau tentang kenapa Molly ada di sini, itu karena Molly belum menemukan rumah." Shaqueen menganggukkan kepalanya paham. "Kami bisa melakukan sihir tanpa tongkat. Menakjubkan bukan?"
"Kau bisa?" Shaqueen memandang dengan mata berbinar. "Bisakah kau membawaku kembali?"
Molly tampak berpikir sejenak, "Apakah kau mau jadi tuanku?" ia kembali mengulang pertanyaan yang belum dijawab tadi.
"Tuan?"
"Dia ingin jadi pembantumu." Seseorang datang dari balik pepohonan. Suara dinginnya membuat Shaqueen tersentak kaget. Dahinya mengernyit bingung karena tidak mengerti maksud perkataan Kai.
"Hah? Benarkah itu Molly?"
"Bahasa pembantu itu terlalu kasar. Molly hanya akan membantu dan melindungi gadis ini. Siapa namamu?" Molly mendongak melihat ke arah Shaqueen. Shaqueen baru saja akan bersuara, namun langsung dipotong cepat oleh Kai.
"Namanya Shaqueen," Kai berkata datar. Ini pertama kalinya Kai menyebut nama Shaqueen setelah sekian lama.
"Shaqueen. Oke, mulai hari ini Molly akan membantu Shaqueen, melindungi dan menjagamu." Molly terlihat senang, tanpa menunggu persetujuan dari Shaqueen, ia langsung menganggap Shaqueen adalah tuannya yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantastic High School (DISCONTINUE)
Fantasía#1 Sihir [16-5-2019] #7 Fantasy [18-5-2019] Shaqueena Almeera Frazza, Semua orang bisa menjadi penyihir. Tapi, tak semua orang bisa menjadi penyihir hebat. Semua penyihir bisa mencintainya. Tapi, tak semua penyihir bisa dicintai olehnya. Aku akan...