Saat ini Kai, Jay, Lay, Shaqueen dan Ralprince sedang berada di dalam kereta api yang akan membawa mereka semua ke stasiun pusat, stasiun khusus yang akan mereka gunakan untuk kembali ke bumi.
"Prince, kau akan pulang ke bumi juga? Dimana itu?" Shaqueen bertanya setelah cukup lama mereka berlima hanya diam saja. Jay sibuk dengan bukunya, Lay sedang memakan cemilan, Kai yang mungkin sedang tidur, dan Ralprince yang sedang memperhatikan ke arah luar jendela.
"Tidak, aku tidak akan kembali ke bumi. Hari ini aku akan kembali ke rumahku di pusat distrik 1. Tidak jauh dari stasiun kita nanti," jawab Ralprince yang kini beralih menghadap ke arah Shaqueen.
Shaqueen menganggukkan kepala sambil membulatkan mulutnya membentuk huruf "o". Ia sangat bosan, padahal mereka baru 30 menit di dalam kereta. Lebih kurang 15 menit lagi mereka akan sampai.
Saat sedang asik memperhatikan ke luar, Shaqueen merasa seperti diperhatikan. Sangat-sangat diperhatikan. Saat ia memperhatikan ke-empat orang di dekatnya, mereka terlihat biasa saja. Kai yang memang tidak tidur, sekarang tidak sedang membaca pikiran Shaqueen sehingga ia tidak tahu kalau Shaqueen sedang memikirkan apa sekarang.
Shaqueen terus melihat kesana-kemari tetapi tetap saja, tidak ada yang sedang memperhatikannya. Dengan berani, Shaqueen menyentuh Kai yang duduk dihadapannya.
"Kak," panggilnya dengan suara pelan. Kai hanya membuka matanya sambil menaikkan satu alisnya tanpa mengatakan apapun. "Apakah kakak merasakan sesuatu? Diperhatikan mungkin?" tanyanya masih dengan suara pelan.
Kai memejamkan matanya sebentar. Saat ia membukanya kembali, mata itu kini berwarna hitam pekat, berkilat penuh amarah. Jay yang melihat perubahan Kai langsung menutup bukunya.
"Kak?" Panggil Shaqueen khawatir. Ralprince dan Lay yang duduk bersebelahan dengan Shaqueen segera membawa Shaqueen sedikit menjaga jarak dengan Kai.
"Vanessa kembali," geram Kai sambil mengepalkan tangannya kuat. Ia kembali menyambung kalimatnya, "dan ia bersama si jahat itu!"
"Siapa itu si jahat?" Bisik Shaqueen pada Ralprince.
"Ia adalah Diablo."
"Diablo? Maksudnya diable, bahasa Prancis yang artinya iblis itu, kan?"
"Ya, tapi itulah sebutan orang-orang untuknya. Mungkin kau bisa bertanya pada mereka atau pamanmu untuk lebih jelasnya lagi."
Shaqueen mengangguk paham, kini ia memperhatikan Kai yang masih menggunakan kekuatannya.
"Kak, aku hanya ingin pulang dengan selamat. Bisakah kakak tidak menggunakan kekuatan kakak sekarang? Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada kita semua." Shaqueen memberanikan diri menatap ke arah mata Kai yang tajam dan dingin itu.
"Kak, tolonglah, jangan buat ia takut. Sebentar lagi kita akan sampai di stasiun dan kita akan ke rumah. Selesai. Mudah, kan? Dia tidak akan menyakiti kita. Tempat ini terlalu ramai untuk itu." Lay mencoba membantu Shaqueen memenangkan Kai. Kai menghela nafas pelan, setelah itu ia memejamkan matanya lagi. Tidak ingin peduli dengan mereka yang diluar.
Semua kembali ke aktivitas masing-masing sampai mereka berhenti di stasiun yang mereka tuju. "Fancy Station", begitulah namanya. Terpampang jelas di depan stasiun itu.
Mereka tidak langsung turun, mereka menunggu saat kereta sedikit sepi baru mereka akan turun. Mereka malas berdesak-desakan hanya untuk keluar, tidak berguna pikir Kai.
"Sekarang, apa yang akan kita lakukan?" Shaqueen meletakkan koper kecil miliknya. Ia menunggu keempat orang laki-laki yang bersamanya ini mulai bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantastic High School (DISCONTINUE)
Fantasy#1 Sihir [16-5-2019] #7 Fantasy [18-5-2019] Shaqueena Almeera Frazza, Semua orang bisa menjadi penyihir. Tapi, tak semua orang bisa menjadi penyihir hebat. Semua penyihir bisa mencintainya. Tapi, tak semua penyihir bisa dicintai olehnya. Aku akan...