Part 17

2.5K 137 95
                                    

"Ini rumahmu, Ralp?" tanya Shaqueen tidak percaya akan apa yang ia lihat di depannya. Padahal sudah jelas-jelas itu terlihat di depan mata kepalanya sendiri.

Shaqueen menoleh ke arah Fernand bersaudara yang ada di belakangnya. "Kakak mengetahui ini juga?"

Lay mengangguk, "hanya beberapa orang di sekolah yang mengetahui ini."

Ralprince masuk begitu saja setelah gerbang besar dihadapannya dibuka oleh sang penjaga gerbang. Keempat orang di belakangnya mengikuti.

Ralprince kembali tersenyum lagi kepada dua orang yang menjaga pintu. Mereka membukakan pintu, menunduk hormat, mempersilahkan Ralprince dan teman-temannya masuk.

Shaqueen kagum dibuatnya setelah melihat isi rumah Ralprince. Ralat, istana Kerajaan Cellerie. Bolehkah Shaqueen teriak sekarang? Hidupnya yang sangat-sangat sederhana bahkan bisa digolongkan cukup sulit saat bersama pamannya, membuatnya selalu mengagumi hal-hal indah apalagi mewah seperti ini.

"Jadi, darimana kita akan mulai berkeliling?" Ralprince berhenti saat mereka sudah sampai di ruang tengah istana. Tempat yang biasanya keluarganya pakai untuk menyambut tamu atau berkumpul keluarga besar.

"Ralprince... oh, maaf, maksudku... apakah tidak apa memanggilmu hanya dengan sebutan nama? Tanpa membawa kata pangeran di depannya?" Shaqueen bertanya pelan.

"Entahlah, kupikir itu tidak masalah." Ralprince membalikkan tubuhnya menghadap Shaqueen. "Lagi pula ayah dan ibuku tidak di sini. Santai saja." Ralprince melanjutkan jalannya ke arah belakang istana.

Pertama kalinya bagi Shaqueen, berjalan diantara tiang-tiang besar yang indah, di dalam ruangan berarsitektur layaknya kerajaan-kerajaan kuno. Jalan Shaqueen melambat karena terlalu asik mengagumi sekitarnya hingga tanpa sadar, Kai yang berada di belakangnya menarik pelan pergelangan tangan Shaqueen. Keduanya tidak menyadari itu. Shaqueen yang sibuk dengan pemandangan sekitarnya dan Kai yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Jika dilihat dari jauh, seperti melihat seorang kakak membawa adik kecilnya berjalan di museum.

"Kita sampai," ujar Ralprince setelah mereka berhenti di taman belakang istana. "Kupikir ini tempat yang cukup nyaman untuk bersantai disiang hari. Sebenarnya bisa saja kita duduk di taman samping. Tapi saat siang seperti ini, tempat ini cukup teduh." Ralprince menolehkan kepalanya ke arah Shaqueen.

"Ekhem," dehamnya pelan.

Shaqueen langsung memperhatikan Ralprince, setelah itu baru ia tersadar sesuatu.

"Eh, kak, ini... itu..." Shaqueen salah tingkah sambil berusaha menarik tangannya.

Kai langsung melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan Shaqueen. "Maaf." Hanya itu yang diucapkannya dan wajahnya biasa saja.

"Pantas saja nyaman," ujar Shaqueen dalam hati sambil tertunduk menahan senyum. Tidak sadar dirinya diperhatikan sekilas dari sudut mata Kai.

Di taman belakang, mereka duduk bersama di bangku taman. Sesekali terdengar suara tawa mereka yang sedari tadi bercerita. Lebih tepatnya hanya suara Lay, Shaqueen dan Ralprince. Sementara Jay dan Kai lebih banyak diam, sesekali memerhatikan sekitar atau membaca buku yang tersedia di sana.

**

"Maaf karena merepotkan mu, Ralp," ucap Jay sebelum mereka berlima naik ke lantai dua untuk tidur.

"Tidak masalah. Lagipula kalian sudah menemaniku di istana besar yang kosong ini," balas Ralprince santai. "Di atas ada banyak kamar kosong, kalian bisa memilih sesuka hati ingin di kamar yang mana. Yah, kecuali sekamar dengan Shaqueen tentunya," canda Ralprince sambil menaiki tangga.

Fantastic High School (DISCONTINUE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang