"Akh," Ralprince langsung memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut kesakitan. Ia langsung bangkit, duduk di atas ranjang.
Sebelumnya beberapa siswa melihat ia terbaring di luar dan segera membawanya ke dalam UKS lantai 1.
Ralprince melihat jam yang ada di dinding UKS, "Shit! Akan ku balas ia nanti," gumamnya pelan. Ia sudah tak sadarkan diri selama lima belas menit rupanya. Sungguh licik cara Rey, ia menambahkan mantra itu hingga efeknya lebih lama.
Tak lama, ia mendengar jika ada seseorang sedang berbicara di balik tirai di sampingnya. Itu artinya ranjang yang berada di sebelahnya. Terdengar suara dua orang wanita.
"Bagaimana, Bi? Apakah ia baik-baik saja?"
"Tenanglah, efeknya akan habis sebentar lagi."
Ralprince yang penasaran segera menggeser tirai pembatas yang terbuat dari kain itu.
Srekk...
"Oh, kau!?" Ralprince terlihat kaget begitu juga dengan Shaqueen yang juga kaget saat melihat kalau Ralprince yang berada di bed samping mereka.
"Ya?" Shaqueen menjawab dengan kembali bertanya.
"Apa yang kau lakukan disini, Queen?" Ralprince segera duduk di tepi ranjangnya menghadap ke arah Shaqueen dan segera memakai sepatunya.
"Aku hanya menemani dia," Shaqueen menunjuk ke arah Theo. "Dan aku merasa bersalah," tambahnya dengan gumaman pelan dengan kepala menunduk.
"Aku masih mendengarnya Queen. Hm, setelah ku perhatikan sepertinya ia akan kehilangan banyak ingatannya. Ckck, apa yang telah kau lakukan padanya Queen?" Ralprince menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menakuti Shaqueen dan berhasil.
"Be.. benarkah? Jangan begitu, aku kan tidak sengaja. Kau seperti mengatakan kalau aku memang bersalah," mata Shaqueen mulai berkaca-kaca.
"Ya, memang benar kau yang salah, Queen," Ralprince menganggukkan kepalanya sambil melipat tangannya di depan dada.
"Ja.. jangan begitu.. hiks.." Shaqueen mulai menangis. Tidak membuang-buang kesempatan, Ralprince langsung mengelus rambut Shaqueen lembut. Bermaksud untuk menenangkan namun 3 x 3 = sambilan modus.
"Ekhem, apakah aku mengganggu kalian?"
Suara dehaman seseorang membuat Shaqueen segera menyeka air matanya dan Ralprince segera melepaskan tangannya menjauhi kepala Shaqueen.
"Theo, kau sudah bangun? Apakah kau ingat aku?" ucap Shaqueen sedikit khawatir.
"Ya, kau Shaqueen dan ia Ralprince. Kenapa? Hm, biar ku tebak," Theo memegangi dagunya sambil berpikir. "Kau pasti ditakuti oleh Ralprince karena kau telah melakukan sesuatu yang fatal. Kau menangis dan ia pun mengambil kesempatan," jelas Theo yang cepat membaca situasi.
"Aku tidak mengerti. Boleh ulangi?" pinta Shaqueen kepada Theo.
"Sudahlah," Ralprince memutar bola matanya malas. "Theo, ketahuilah kalau kau sudah tidak sadarkan diri selama 30 menit. Jika kau bicara lagi, maka akan ku tambah."
"30 menit!! Kau gila! Wah, Shaqueen, aku telah salah meremehkan mu. Tapi bukankah ini sangat luar biasa. Kau datang dari bumi dan berhasil membuatku menjadi begini," Theo menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Be.. begitulah," ujar Shaqueen gugup dan kembali melanjutkan, "maaf."
"Sudahlah, tidak perlu minta maaf. Ya, untunglah aku teman yang baik hati. Aku akan lebih dulu ke kelas. Dah," Theo segera beranjak pergi dari UKS menuju kelas dan meninggalkan Shaqueen dan Ralprince berdua di UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantastic High School (DISCONTINUE)
Fantasy#1 Sihir [16-5-2019] #7 Fantasy [18-5-2019] Shaqueena Almeera Frazza, Semua orang bisa menjadi penyihir. Tapi, tak semua orang bisa menjadi penyihir hebat. Semua penyihir bisa mencintainya. Tapi, tak semua penyihir bisa dicintai olehnya. Aku akan...