14

20 8 6
                                    

Selepas menahan tawa, sebuah pertanyaan yang sama kembali terngiang di pikiranku. Ya, aku masih membutuhkan jawaban pasti mengenai kedatangan Hoseok yang mendadak ini, tidak mungkin juga dia datang hanya untuk bertemu denganku. Bukankah malam sebelum Hoseok datang kesini, Hoseok hanya sempat menelpon untuk menanyakan kabar dan tidak pernah mengatakan bahwa dia akan datang untuk berkunjung.

"Sejujurnya aku masih ragu dengan ucapanmu, Hoseok."

"Ada apa, noona?"

"Kamu tidak mungkin datang hanya untuk menemuiku, karena seingatku tiga tahun yang lalu kamu pernah datang dan mengatakan bahwa kamu harus menemui seseorang."

Hoseok menarik senyum singkat yang terpahat di wajahnya, tatapan matanya pun terlihat begitu tentram sehingga menimbulkan efek nyaman kala aku juge membalasan pandangan matanya.

"Sebenarnya aku memang datang untuk menemuimu noona." Hoseok kembali menarik senyum namun kini lebih lama dari senyuman yang tadi

Aku tau Hoseok tidak akan mungkin berbohong, tapi aneh rasanya jika Hoseok hanya ingin menemuiku sedangkan aku tau jika Hoseok pasti sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang pernah dia temui tiga tahun yang lalu.

"Benarkah? Lalu bagaimana hubunganmu dengan orang yang pernah kamu temui tiga tahun yang lalu. Aku rasa dia orang yang istimewa bagimukan?" Aku membalas senyuman yang diberikan Hoseok, rasanya hatiku lega jika aku mendapatkan jawaban mengenai keganjalan ini.

Hoseok melepaskan mantel yang tengah dia kenakan sekarang, rasanya begitu hangat, entah kenapa setelah Lugit menyinggung tentang hubungannya dengan Niana. Maka muncullah efek hangat yang kini menyelimuti tubuhnya.

"Noona, kenakanlah mantel ini. Dan naiklah ke belakang, karena aku akan menceritakannya sambil berkeliling." Hoseok menaiki sepeda yang berada didepannya lalu mengajak Lugit untuk ikut berkeliling sambil menceritakan hubungannya dengan Niana.

Lugit hanya menurut dan langsung mengenakan mantel berwarna merah muda itu, Lugit juga duduk tempat boncengan yang ada di sepeda itu, sekali lagi perasaan aneh menyerang hatinya. Perhatian yang diberikan Hoseok membuatnya nyaman, sama seperti saat dia bersama dengan Yoongi. Jujur, jika saja Hoseok ini adalah Yoongi maka Lugit akan sangat bahagia jika bisa berjalan berdua walau hanya sekedar berkeliling dan bercerita.

Disela-sela perjalanan, Lugit menatap langit yang dipenuhi bintang. Kepalanya terus menanggahkan kepalanya keatas, sebaliknya Hoseok yang awalnya menatap ke depan mencoba menengok ke belakang untuk mencari tau penyebab Lugit yang menggengam erat bajunya.

"Noona, sedang apa?"

Lugit yang awalnya diam langsung tersentak saat mendengar suara Hoseok terngiang di telinganya, Lugit memang saat ini masih terfokus dengan lamunanya tentang masa lalu. Saat dia masih bermain bersama Yoongi, saat Lugit menyatakan perasaan nyaman bersama Yoongi, dan saat Lugit mengecup pipi Yoongi. Kenangan itu sungguh menggemaskan, dan semua kenangan itu terbalut lagi saat Lugit menatap langit yang begitu indah.

"Apakah noona sedang memikirkan sesuatu?"

"Hmm, tentu saja tidak. A-aku hanya sedang menikmati angin malam ini."

"Oh begitu, jadi noona benar-benar ingin tau tentang hubunganku dengan Niana?"

"Niana?"

"Iya, dia perempuan yang membuatku jatuh tapi jatuh yang kurasakan saat bersamanya adalah jatuh yang membawa kebahagiaan di hati dan kehidupanku." Hoseok tertawa sekilas mengingat bagaimana Niana menjadi begitu spesial di kehidupannya.

"Dia perempuan yang saat ini kau cintai, bukan?" Lugit juga merasakan sensasi yang sama seperti yang Hoseok rasakan, sensasi yang sama saat Lugit menyebut nama Yoongi di dalam hatinya.

Amor Fati [Yoongi-Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang