4 - Hampir Ketahuan

2.3K 114 6
                                    

Selamat menikmati ceritaku ini teman-teman :)


***


            Khaila yang sudah sampai dirumah sedari tadi, dengan nafas terengah-engah seperti kehabisan oksigen. Semua minuman di kulkas ia minum, demi kelancaran tenggorogokkan dirinya yang sudah dehidrasi. Dengan berlari masuk ke kamarnya untuk mengambil uang serta mengganti pakaiannya walaupun rambut dan kacamatanya masih seperti di sekolah karena dirinya tiba-tiba ingin membeli makanan di luar jalan sana. Meskipun perut dirinya sedang lelah. Ketika ia melangkah kakinya, suara Rey menggelegar satu rumah ini.

"Adek, lo mau ke mana," teriak Rey.

"Berisik ah," celetuk Khaila dengan santai keluar. Sang Abang memberi sumpah serapah kepada Adiknya ini dengan kesal, karena Khaila memang seperti itu jika di tanya akan suatu hal. Bagi dirinya itu menganggu pendengaran telinganya.

Ketika baru keluar dari pagar rumahnya dan berjalan dirinya berpapasan dengan Anggini dan gengnya, alhasil akan jadi perang bagi mereka, terjadi perdebatan antara mereka.

"Eh... eh... lo ngapain keluar dari rumah itu, ga cocok banget dah! sudah berani lagi pake pakaian bagus gini," ujar Anggini sinis dengan menarik ujung baju Khaila.

Khaila sangat terkejut, bagaimana ini jangan sampai dirinya akan di ketahui oleh mereka, Khaila harus mencari ide semaksimal mungkin agar dirinya tidak ketahuan.

Cindy dan Belvya menganggukkan kepala.

"Em... emm i... i... tu..." ujar Khaila dengan gagu tapi tetap santai agar dirinya tidak di ketahui oleh mereka. Khaila sangat panik banget takut ketahuan. Tapi, ia berusaha untuk tenang.

"Kenapa lo, maling ya! pakaian ini mah mana cocok buat lo," ucap Belvya sambil menarik baju Khaila.

"Ga kok gue bekerja disini, iya dirumah ini dan baju ini gue dikasih sama tuan gue, iya... dikasih," jawab Khaila dengan gelisah.

"Bohong ya lo, pasti maling," sahut Anggini dengan tatapan tajam.

"Yaudah, permisi ya." Khaila meninggalkan mereka dengan cepat. Dengan secepat kilat Khaila berjalan, meninggalkan mereka.

Ketika Khaila sudah sampai di warung nasi goreng dan sate, ia langsung memesan makanan dan ingin duduk, tetapi ia melihat sangat ramai dan penuh tapi ada satu tersisa dan Khaila tidak mengetahui siapa orang yang makan sambil menundukkan kepalanya itu. Ya sudah daripada tidak ada tempat duduk lebih baik ia mendekati orang tersebut.

"Permisi Kak, boleh saya duduk disini. Soalnya tempat duduk yang lain penuh," ujar Khaila dengan ragu berbicara kepadanya. Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya dan Khaila duduk dengan cepat agar tidak ada yang mendudukinya.

Ketika laki-laki itu melihat dan Khaila melihat. Mereka malah terkejut, bukan hanya Khaila yang terkejut laki-laki itu pun terkejut dengan wajah dinginnya. Ya itu Iqbaal, Iqbaal Surya teman satu kelas dan satu bangku di kelas. Laki-laki yang begitu super cuek dan dingin serta rese. Dirinya suka makan nasi goreng di sini karena sudah berlanganan dari dirinya sejak kecil, memang jaraknya jauh dengan rumahnya. Tapi, bagi Iqbaal ini yang membuat dirinya menambah nafsu makan baginya.

"Eh, hai Baal, suka disini juga ya?" tanya Khaila dengan tersenyum.

"Ya," jawab Iqbaal dan lanjut memakan makanannya.

"Ya Allah kenapa senyumnya begitu membuat gue nyaman lihatnya," batin Iqbaal.

Dan mereka berbincang-bincang sampai akhirnya sedikit akrab, walaupun Iqbaal yang jutek dinginnya minta ampun. Setelah selesai Khaila pamit pulang dengan membawa makanan buat dia dan Abangnya yang rese tapi Khaila begitu sayang padanya.

It's Mine, IQBAAL SURYA. (SUDAH TERBIT ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang