2 - Udah punya Musuh Saja.

2.8K 117 3
                                    

Selamat menikmati ceritaku ini teman-teman :)


***

Mereka tengah berada di kantin sekolah menikmati makanan dan minuman dengan berbincang-bincang soal di kelas ketika Ibu Saroh berteriak memberikan peringatan kepada mereka.

"Huwa... Gila... Itu bu Saroh untung aja bel ga lama bunyi," teriak histeris Shakira.

"Iya nih untung aja, kalu ga wah bisa habis, kita semua," celetuk Citra dengan muka dramatis.

"Emangnya kenapa dengan Bu Saroh?" tanya Khaila dengan polosnya saking polosnya membenarkan kacamatanya.

"Khaila... bisa-bisa kita ditelan semua nih sama guru satu itu," teriak histeris Chasyia tak kalah dengan Shakira.

"Owhh," jawab Khaila, dia hanya membalas singkat yang diucapkan oleh Chasyia.

Tiba-tiba Anggini dan gengnya datang dengan memaki Khaila di depan anak-anak murid kelas lain. "Hei cupu! Lo itu yah jangan sok dekat sama Iqbaal gue." Dengan menatap ke Khaila dengan intens.

"Apa sih ni perempuan, orang ga ngapa-ngapain itu cowok astaga," batin Khaila.

"Iyaa jangan sok lo, cupu aja belagu!" seru Cindy tak kala sinisnya.

"Dengar yah, apa yang di bilang sama Ang...gi...ni." Dengan tatapan tajam Belvya.

"Eh! lo apa-apaan datang-datang buat ribut aja!" pekik Chasyia dengan berdiri dan mengebrak meja.

"Diem lo bule kampung! sembur kurus kecil ini namanya Caityara.

"Apa lo! Kalo berani sini sama gue," sahut Shakira berdiri sambil melawan Caityara.

"Wah! ngajak ribut ni orang," tukas Belvya sambil menunjuk muka Shakira.

"Lo tuh yang ngajak ribut!" seru Citra dengan nada yang tinggi dan menghempaskan tangan Belvya yang menunjuk ke arah wajah Shakira.

Mereka tidak tahu, sedari tadi jadi pusat perhatian anak-anak kantin yang sedang melahap makanannya tersebut. Tapi, dengan beruntungnya di sana tidak ada Abang Rey. Jika dirinya ada bisa-bisa game over detik ini juga.

"Eh udah- udah." Dengan sangat lembut Khaila melerainya, dirinya berusaha memisahkan mereka agar tidak ada pertengkeran karena menurutnya itu tidak penting.

"Kir, Chas, Cit sudah lah, ga perlu di tanggapi," sambungnya.

"Eh dengar yah, jangan sok kecentilan di depan Iqbaal. Satu lagi jangan sampai lo deketin Iqbaal! Kalu lo deketin dia sama aja lo nyari mati sama gue," ancam Anggini dan pergi meninggalkan mereka dan diikuti teman-temannya dan meninggalkan tempat tersebut dengan tatapan begitu sinis.

Setelah selesai mereka memberi tahu pada Khaila sambil makan untuk tidak memisahkan mereka, karena Anggini dan teman-temannya itu memang sudah keterlaluan. Khaila bukan manusia yang pertama kalinya dia melakukan seperti ini, tetapi banyak teman-teman ataupun Adik kelas di perlakukan seperti ini ketika mereka mendekat ke Iqbaal. Setelah mereka makan dengan cepat mereka kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi lima menit sebelumnya.

Dikelas mereka tengah belajar matematika, dengan sangat pusing dan berbagai ekspresi yang dikeluarkan dengan raut wajah mereka, tapi tidak dengan Khaila yang bisa mengerjakannya dengan tenang. Bagi Khaila matematika itu menyenangkan, It's so easy.

"Iqbaal, bisa tolong Ibu bentar," pinta Ibu Cincin.

"Iya Bu," ujar Iqbaal dengan dingin.

"Alhamdulilah, ada suaranya kirain bisu," bisik Khaila kecil agar tidak didengar oleh cowok dingin ini.

It's Mine, IQBAAL SURYA. (SUDAH TERBIT ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang