Part 10

2.9K 271 13
                                    

Happy Reading
...

Setelah puas mencurahkan air matanya di dada bidang Jefri, Nai memutuskan untuk menjumpai Daniel.

"Nai."

Daniel bangkit dari posisi duduknya. Terlihat jelas masih tersisa bekas-bekas air mata di atas pipi Daniel. Seumur-umur Nai baru pertama kali melihat Daniel menangis, kokohnya pertahanan hati Daniel goyah hari ini di hadapan Nai.

"Nai, maafin aku." Daniel menggenggam telapak tangan Nai.

"Minta maaf sama Fatih, bukan sama aku." Nai menghempas tangan Daniel dari atas tangannya.

"Kamu bisa bilang gitu karena kamu gak ngerasin apa yang aku rasain Nai, hidup aku hancur karena ulah Mamak dia. Hancur Nai, hancur." Daniel lagi-lagi meneteskan air matanya.

"Jadi itu salah dia? Apa bisa kamu limpahkan semua kesalahan itu ke dia?" tanya Nai dengan nada lantang. Daniel terdiam.

"Aku paling gak suka sama orang yang suka membunuh mental orang lain!" ucap Nai dengan tegas.

"Oke Nai, lupakan masalah itu. Biar lah itu menjadi urusan antara aku dan keluarga Fatih. Tapi please Nai jangan akhiri hubungan kita. Kita udah hampir sampai ke akhir Nai, aku gak mau hanya karena masalah ini apa yang sudah kita bangun 5 tahun terakhir ini berakhir sia-sia."

Nai diam, tidak menjawab apa-apa. Tapi tampak jelas kalau mata Nai sudah berkaca-kaca.

"Nai." Daniel menatap Nai dengan tatapan penuh harap.

"Kita butuh waktu dan jarak," jawab Nai singkat.

"Break?" tanya Daniel memastikan. Nai menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Nai... " suara Daniel bergetar.

"Kamu tau kan Nai, aku gak pernah main-main dengan hubungan ini," ucap Daniel.

"Aku tau! Aku tau, tapi aku masih kecewa sama kamu. Biarkan aku menimbang semuanya sebelum kita melangkah semakin jauh!" jawab Nai tegas.

Tanpa diminta, air mata Daniel jatuh melintasi wajahnya. Bibir Daniel terkatup, tidak ada suara isak tangis yang keluar dari sana. Akan tetapi hal itu terlihat jauh lebih menyakitkan untuk siapapun yang melihatnya.

"Sebelum kita melangkah lebih jauh?" Daniel mengulangi ucapan Nai.

"Sebelum kita melangkah lebih jauh?" ucap Daniel lagi, diiringi oleh air matanya yang terus mengalir tanpa jeda.

"Sebelum kita melangkah lebih jauh?" ucap Daniel untuk ketiga kalinya.

"Nai... " Daniel menggantung ucapannya, menatap Nai dengan tatapan yang begitu dalam.

"Nai pegang kata-kata ku, aku gak akan menikahi wanita selain kamu Nai! Kalau kamu gak mau melangkah lebih jauh bersamaku, aku gak akan melangkah lebih jauh dengan siapapun!" ucap Daniel.

Setelah itu Daniel keluar dari rumah Nai, meninggalkan Nai yang masih terpaku di tempat.

"Nai." Jefri menepuk bahu Nai.

"Jangan lepas apa yang tak ingin kamu lepas, jangan bohongi perasaanmu Dek." Jefri membalik tubuh Nai menghadap ke arahnya.

"Satu kesalahan yang dilakukan seseoarang tidak seharusnya menghapus ribuan kebaikan yang pernah ia lakukan." Jefri menarik tubuh Nai masuk ke dalam pelukannya.

"Aku masih cinta sama Daniel Bang, masih!" ucap Nai lirih.

"Yaudah, sekarang kamu tenangkan diri kamu dulu ya." Jefri mengecup puncuk kepala Nai.

"Besok, kamu bicarakan semuanya lagi dengan Daniel." Nai menganggukkan kepalanya.
...

Daniel mencuci mukanya di westafel, menghilangkan bekas-bekas air mata yang menempel di wajahnya. Setelah memastikan wajahnya sudah terlihat cerah, Daniel masuk ke dalam kamar Mamanya.

RI-NAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang