Happy Reading
...Sebahagian orang terkadang merasa waktu berjalan begitu lambat, karena kurang menikmati dan menghayati menit demi menit yang terlalui, orang-orang seperti ini pada umumnya adalah orang yang menjalani aktivitas yang membuatnya tidak nyaman.
Sebahagian orang lain lagi, merasa waktu begitu cepat berlalu. 24 jam terasa kurang dalam sehari.
Nai pernah berada di opsi yang pertama di awal-awal masa PPL, pada masa itu Nai merasa waktu berjalan begitu lambat, Nai ingin cepat-cepat menyelesaikan masa PPL-nya yang memuakkan.
Akan tetapi siapa sangka setelah hampir 3 bulan terlewati, Nai justru merasa ingin waktu melambat, ia belum siap mengakhiri masa PPL-nya, berpisah di saat tengah sayang-sayangnya. Tinggal menghitung hari masa PPL Nai dan rekan-rekan sejawatnya akan berakhir.
"Buk, Ibuk masuk kan ke kelas kami?" Cinta siswi kelas XI IPS 3 menggandeng lengan Nai.
"Iya, ini kan mau masuk."
"Hari terakhir Ibuk masuk ke kelas?" tanya Amanda.
"He'eh, Besok Ibu dan guru PPL yang lain udah dijemput pihak kampus."
"Yah, ditinggal pas lagi sayang-sayangnya." Cinta mengerucutkan bibirnya.
"Tetep rajin yang belajarnya, anak pinter." Nai menjawil hidung Cinta dan Amanda bergantian.
Amanda dan Cinta menggamit lengan Nai, posisi Nai saat ini berada di tengah-tengah Cinta dan Amanda.
"Lepas dulu Nduk, Masa masuk kelas kalian masih gandeng tangan Ibuk aja," ucap Nai.
Nai lalu membuka pintu kelas sambil mengucap salam.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Siswa-siswi Nai kompak.
Nai menutup mulutnya, merasa takjub dan terharu. Bagaimana tidak begitu Nai masuk kelas, ia langsung disambut dengan spanduk besar yang membentang di dinding kelas. Spanduk yang dibubuhi dengan foto Nai bersama siswa-siswinya XI IPS 3, dan di sela-selanya terdapat tulisan ucapan terimakasih yang isinya kurang lebih seperti ini.
"Terimakasih Buk Nai, untuk waktu yang singkat ini. We Love You. See You Bu Nai. Sukses selalu."
Dari kelas legend XI IPS 3"
Nai tidak tahu harus berkata apa. Nai syok, terharu, berpadu menjadi satu. Nai tidak pernah terbayang akan mendapat kesan terakhir semanis ini dari kelas XI IPS 3. Selain spanduk, siswa-siswi Nai juga merangkai susunan foto Nai yang mereka cetak dalam ukuran polaroid di atas tali yang mereka kaitkan di atas papan tulis membentuk simbole love.
"Makasih banyak," ucap Nai dengan suara bergetar.
"Jadikan ini perpisahan termanis ya Buk," celetuk Reno.
Para siswi Nai, bangkit dari posisi duduk masing-masing menghampiri Nai dan memeluk tubuh Nai keroyokan.
"Kita bakal rindu sama Ibuk." Tidak sedikit di antara mereka yang menangis terharu, Nai memiliki posisi spesial di hati mereka.
"Ibuk juga, jangan bandel-bandel lagi ya Kak, buktiin ke semua orang kalau kelas XI IPS 3 itu bukan kelas buangan. Kalian pinter, kalian juga berbakat, dan yang terpenting kalian selalu kompak."
"Berhubung kita gak bisa ikutan meluk, ini kita ada kue Buk." Reno mewakili teman-temannya yang lain memberikan cake pada Nai.
"Apa lagi ini? Uluh-uluh." Nai menangis terharu.
"Ini juga dari kami Buk." Cinta menyerahkan bungkusan kado yang cukup besar kepada Nai.
"Kalian kok sweet gini sih." Nai senyum dengan linangan air mata, ia benar-benar terharu.
"Makasih ya jagoan-jagoannya Ibuk." Nai menerima cake dan kado yang diberikan siswa-siswinya tersebut. .
"Kita minta maaf ya Buk, kalau misalnya selama ini kita ada salah-salah kata dan perbuatan sama Ibu, kita yang kadang susah dibilangin, sering buat Ibuk jengkel, susah diatur. Kami minta maaf Buk. Dan terimakasih juga untuk 3 bulannya Buk, makasih udah sabar dan gak pernah nganggap kami kelas buangan." Fitra mewakili teman-temannya mengutarakan permintamaafaan dan rasa terimakasih mereka kepada Nai.
"Sama Ibuk juga minta maaf ya, dan terimakasih juga untuk pengalaman berharganya selama 3 bulan terakhir ini," ucap Nai.
Nai melirik Rizky sekilas, Rizky tetap duduk di bangkunya semana biasanya. Terlihat tidak tertarik maju ke depan menghampiri Nai seperti teman-temannya yang lain. Rizky bahkan lebih memilih membaca buku, ketimbang ikut meramaikan acara perpisahan kecil-kecilan yang dirancang kawan-kawannya yang lain kepada Nai.
"Dia belum ngomong apa-apa? Padahal besok hari terakhir aku di sekolah ini." Nai membatin.
Nai mendapatkan banyak kado dan surat dari siswa-siswinya hari ini. Hati Nai terenyuh, merasa setidaknya ia telah meninggalkan kesan baik di hati siswa-siswinya.
"Buk." Cinta memeluk Nai sekali lagi, pelukan yang sangat erat, bahkan Cinta menangis.
"Ish kalian kok pada nangis." Nai mengedipkan matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Kami sayang Buk Nai banyak-banyak," ucap Cinta.
"Sama, Ibuk juga sayang sama kalian, ini bukan akhir untuk kita, kalau pengen ketemu kabari aja Ibuk. Kan dah adanya kontak Ibu sama kalian."
Sekali lagi Nai melirik ke arah Rizky yang masih fokus dengan bukunya.
"Ah dia tidak sedih berpisah denganku." Nai membatin, bercampur dengan rasa kecewa.
...
Keesokan harinya, tepat memperingati HUT PGRI sekaligus perpisahan PPL.
Banyak kegiatan yang Nai dan rekan-rekan lainnya lakukan pada hari itu. Mulai dari menyemarakkan HUT PGRI dengan mengikuti perlombaan yang diselenggarakan pihak sekolah.
Lagi-lagi hari ini Nai mendapat banyak kado dari siswa-siswinya, Nai juga mendapat banyak buket bunga. Nai sampai kewalahan membawanya.
Setelah rangkaian acara selesai, beserta perpisahan dengan pihak sekolah dan siswa-siwi, Nai bersama rekan-rekannya yang lain melanjutkan dengan acara sendiri yaitu acara perpisahan kecil-kecilan.
Suasana mengharu biru, bagaimana tidak tiga bulan terakhir ini mereka telah mengalami banyak rasa, menghadapi suka dan duka bersama. Begitulah setiap pertemuan, pasti ada perpisahan.
"Daf maafin aku ya, kalau sering nyebelin buat kesal." Nai menjabat tangan ketua PPL mereka itu.
"Aduh Adik longorku, iya maafin aku juga ya Nai. Jan sombong-sombong. Halah jadi pengen nangis dah jadinya." Daffa mengedipkan-ngedipkan matanya yang sudah berkaca-kaca.
Nai berpamitan dengan semua rekan-rekan PPL-nya yang lain, berjabat tangan dan salin maaf memaafkan.
...Nai pulang ke rumah dengan bawaan yang sangat banyak, Nai memasukkan semua kado dan buket bunga yang ia dapat di kanton plastik besar.
Di saat Nai hendak membuka pagar rumahnya, ada yang menepuk bahu Nai.
"Maaf terlambat." Nai membalik badannya, ada Rizky.
"Ini aku buat sendiri." Rizky menyerahkan bunga kawat yang ia rangkai dengan rapi lengkap dengan potnya kepada Nai.
"Ky." Nai menerima pemberian Rizky tersebut dengan tatapan berbinar.
"Makasih ya Ky." Nai menatap rangkaian bunga kawat yang ia pegang pada saat ini dengan tatapan takjub.
"Sampai ketemu di lain waktu." Lagi-lagi Rizky meletakkan sebelah tangannya di atas puncuk kepala Nai.
"Aku pergi," ucap Rizky.
Nai mengira ucapan pergi itu masih ucapan pergi seperti biasanya, Nai tidak pernah kepikiran kalau kata pergi itu maknanya begitu panjang.
...
TbcSelamat hari guru untuk para guru dan calon guru di seluruh Indonesia💕
Kuy Vote dan Coment guys
KAMU SEDANG MEMBACA
RI-NAI
RomanceRI-NAI. Ri dan Nai, seolah kebetulan jika digabung akan menjadi Rinai, rintik-rintik hujan melodi indah dari alam. Namanya Rizky Al-Fatih, lelaki dengan latar belakang keluarga yang tidak terdefenisikan oleh kata-kata, terlalu miris. Potensi kecerd...