Part 17

2.7K 261 48
                                    

Happy Reading
...

"Aku pergi."

Kalimat itu kembali terngiang di benak Nai. Kalimat itu seolah menghantui setiap langkah Nai.

Nai kembali membuka surat yang entah sudah berapa kali Nai baca dalam kurun waktu 3 hari terakhir ini.

"Nai aku pergi. Jaga diri kamu baik-baik, jaga hati kamu baik-baik. Sampai bertemu lagi. Di saat kamu baca surat ini, si pengecut ini tidak lagi di Indonesia.

Nai aku mencintaimu
Nai aku mencintaimu
Nai aku mencintaimu
Nai aku mencitaimu
Nai aku mencintaimu.

Tak cukup selembar kertas ini mengungkapkan rasa cinta yang ku rasakan.

Jadi pahamilah, dari kalimat sederhana ini betapa besar cinta yang aku pendam selama ini.

'Aku mencintaimu Nai'

Aku tidak berniat mengekang kamu karena rasa ini, temui dan raihlah bahagiamu.

Tertanda Rizky"

Nai meremas kertas itu sampai memebentuk gulungan absurd.

"Kenapa harus lari," ucap Nai dengan suara bergetar.

"Kenapa tidak berusaha melarikan hatiku." Nai menerawang langit-langit kamarnya.

Hati Nai bimbang, ada berbagai rasa yang menyatu dalam hatinya. Sesering apapun Nai mensugesti dirinya, kalau ia hanya mencintai Daniel di saat yang sama pula nama Rizky muncul di antaranya.

Nai membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mencintai Daniel. Tetapi Rizky?

Inikah yang dinamakan cinta tak perlu banyak alasan? Ia hadir kala ia ingin hadir.

Tetap saja Nai tidak mau menjadi wanita yang egois, mendua karena rasa baru yang belum dapat ia pastikan sepenuhnya untuk melepas cinta yang telah lama ia perjuangkan.

...

7 Tahun kemudian

Nai mengenakan toga di atas mimbar wisuda untuk kedua kalinya. Menorehkan prestasi yang membanggakan keluarganya untuk kesekian kalinya.

Nai dinobatkan dengan predikat 'cumclaude', pencapaian yang didamba-dambakan semua Mahasiswa. Nai mengulang keberhasilan yang sama, seperti saat ia diwisuda sebagai sarjana strata satu.

"Bunda."

Seorang anak kecil berumur kurang lebih 5 tahun berlari ke arah Nai begitu ia keluar dari gedung wisuda.

"Sayang." Nai membawa gadis cilik itu ke dalam gendongannya.

"Papa mana Nak?" tanya Nai.

"Papa lelet ai," ucap gadis kecil yang bernama Kaila itu dengan nada menggemaskan.

Seorang lelaki bertubuh tegap menggenakan stelan formal berlari-lari kecil ke arah Nai dan Kai.

"Aduh Kai, udah di sini aja ya Nak. Papa dari tadi nyariin. Ampe ngos-ngosan gini." Pria itu menghela nafas, nampak sekali kalau pria itu terlalu lelah mengikuti langkah lincah Kai.

"Papa lelet ai." Kai membela diri.

"Nih hapus dulu keringat kamu Niel."

Nai terkekeh pelan, ia memberikan tissue kepada Daniel. Iya, pria itu adalah Daniel. Dan gadis kecil yang berada dalam gendongan Nai itu adalah putri Daniel, putri satu-satunya.

"Selamat ya Nai, semoga ilmunya berkah." Daniel memberikan sebuket bunga kepada Nai.

"Makasih Niel." Nai menerima buket bunga yang diberikan Daniel tersebut.

RI-NAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang