Part 14

2.6K 256 19
                                    

Happy Reading
...

Fitra seperti biasa menepati janjinya, datang ke rumah Nai untuk bimbingan. Walaupun niat awalnya hanya mendekatkan diri dengan Nai, tetapi Fitra tetap serius mengikuti bimbingan. Selain Fitra suka melihat wajah teduh Nai ketika menjelaskan materi, Fitra juga sangat menyukai cara penyampaian Nai ketika mengajar, sederhana dan mudah dimengerti.

Bahasa Nai tidak pernah meninggi, namun tetap terkesan intelek. Tak ayal ia selalu di senangi oleh siswa-siswinya, selain ia cantik dan manis, Nai juga berbakat dalam mengajar dan mendidik, paket komplit untuk seorang guru.

"Kak, ini bolu dari Mama." Fitra meletakkan sekotak bolu yang ia bawa di atas meja.

"Kakak jadi merasa gak enak nih, tadi pagi dah nasi goreng. Sekarang bolu. Jangan terlalu baik atuh," ucap Nai.

"Kakak takut saya pelet ya? Fitra mainnya cantik kok Kak." Fitra terkekeh.

"Mulai deh ngawurnya," cibir Nai.

"Udah, yuk kita mulai bimbingannya," ucap Nai.

Nai menjelaskan satu persatu materi yang telah ia siapakan kepada Fitra. Sementara itu Fitra menyimak dengan khusyu'

"Nai." Bu Harlino keluar dari kamar.

"Kenapa Ma?" tanya Nai.

"Eh maaf ya Nak Fitra, Tante jadi ganggu. Itu Nai, Asisten rumah tangga Daniel nelfon. Katanya Daniel masuk Rumah Sakit."

"Innalillah? Kenapa Daniel gak ngabarin Nai?" Nai langsung terlihat panik.

"Mana Mama tau. Kata ART Daniel, Daniel dilarikan ke Rumah Sakit tadi malam. Perkara mogok makan, jadi tumbang."

"Ish longor kali!"

"Dari tadi kata ART itu, Daniel ngigau nama kamu terus."

"Serius Ma?"

"Yakali Mama becanda, mending sekarang kamu ke Rumah Sakit deh. Kesian itu anak orang," ucap Bu Harlino.

"Bimbingannya ditunda dulu gak papa Nak?" tanya Bu Harlino pada Fitra.

"He'eh gak papa Tan, mau saya antar Kak?" Fitra menawarkan diri.

"Gak usah Dik, kamu pulang aja ya," jawab Nai.

Setelah Fitra pulang, Nai langsung berangkat menuju Rumah Sakit. Ditemani oleh Bu Harlino.
...

Nai terpaku di tempat kala melihat kondisi Daniel, wajah Daniel pucat pasi. Tatapan Daniel kosong, bahkan Daniel tidak mau menoleh ke arah Nai walaupun Nai sudah menyapa Daniel.

"Daniel, sayang liat aku."

Nai menepuk pipi Daniel lembut. Bukannya mendapat sambutan baik dari Daniel, tangan Nai malah ditepis oleh Daniel.

"Maafin aku Daniel, jangan gini." Nai menggenggam jari jemari Daniel.

"Keluar Nai!" bentak Daniel.

"Daniel maafin aku, aku udah egois."

"Enggak!" jawab Daniel.

"Aku harus gimana?" tanya Nai pasrah.

"Jauhi Rizky, kalau kamu masih mau liat aku hidup jauhi Rizky!" Suara Daniel meninggi.

"Nai, kamu satu-satunya yang aku percaya selama ini, memahami aku luar dalam. Jangan buat aku kecewa." Daniel menangis tanpa suara, hanya air matanya yang jatuh satu persatu.

"Hmmm." Nai menghela nafas.

"Oke, aku akan menajuhi Rizky. Tapi kamu harus janji, gak boleh gini lagi." Walaupun berat, kalimat itu terucap juga dari bibir Nai.

RI-NAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang