Part 12

2.8K 261 19
                                    

Happy Reading
...

"Nai." Daniel menjegat tangan Nai

"Apa lagi! Kita butuh jarak dan waktu Niel." Nai menghempaskan tangan Daniel yang bertengger di atas pergelangan tangannya.

"Aku gak bisa Nai." Daniel menggenggam tangan Nai lagi.

"Kamu tau? Kamu itu sebuah candu untukku."

Nai menatap wajah Daniel yang lesu, kantung mata Daniel terlihat jelas. Itu artinya tadi malam Daniel begadang. Selalu begitu kalau Daniel dan Nai ada masalah. Daniel selalu terlihat lemah ketika dihadapkan masalah dengan Nai.

"Nai," ucap Daniel dengan suara lirih.

"Masalah kita sepele sayang.
Tolong jangan diperbesar," ucap Daniel lembut.

"Mengatai orang dengan sebutan anak pelacur bukan perkara sepele Niel, aku paling benci dengan orang yang membunuh mental orang lain. Itu jauh lebih menyakitkan dari pada membunuh dengan sebilah pisau."

"Jadi kamu membela dia? Kamu membala anak pelacur itu!"

"DANIEL!" Spontan, satu tamparan Nai melayang ke wajah Daniel.

"Nai." Daniel mengusap wajahnya yang memerah.

"Aku pikir, kamu orang yang bisa memahami aku seutuhnya. Nyatanya?" Daniel tersenyum hambar.

"Makasih Nai."

Daniel mundur teratur, setelahnya Daniel pergi berlari meninggalkan Nai yang masih memandangi telapak tangannya.

"Tangan ini, udah nampar Daniel?"

Dari jauh Rizky memperhatikan semua interaksi yang terjadi antara Daniel dan Nai.

"Hmmm," gumam Rizky.
...

Nai memutuskan langsung pulang, semua ini terlalu melelahkan untuk Nai. Ia hanya butuh istirahat saat ini.

"Sayang, kok lesu banget?" tanya Bu Harlino.

"Ma peluk," rengek Nai.

"Kenapa sayang?" Bu Harlino memeluk Nai.

"Nai cuma butuh dipeluk." Nai membenamkan wajahnya dalam pelukan Bu Harlino.

"Capek banget ya sayang? Sabar ya." Bu Harlino mengelus kepala Nai.

Perlahan mata Nai terpejam, meresapi hangatnya pelukan Bu Harlino.

"Yah tidur." Bu Harlino mengusap puncuk kepala Nai lembut.

Baru sekitar 15 menit Nai terlelap dalam pelukan Mamanya, sudah ada gangguan lagi.

"Bu, ada murid Non Nai yang datang. Nunggu di depan," ucap asisten rumah tangga keluarga Harlino.

"Murid?" tanya Bu Harlino.

"Iya make seragama SMA Bu, katanya murid Non Nai."

"Lah kok sampe datang ke rumah ya?" Bu Harlino jadi bingung.

"Yaudah, suruh masuk aja dulu Bi."

Bu Harlino menepuk pipi Nai lembut.

"Sayang, bangun yok. Ada siswa kamu yang datang tuh."

"Hah?" Nai membuka matanya yang terasa begitu berat untuk dibuka.

"Siswa kamu datang, udah Mama suruh masuk. Temuin dulu gih."

"Murid? Ma gak lucu ih." Nai menguap dengan gaya menggemaskan.

"Iya, Mama serius loh Nak."

"Lah siapa coba yang kurang kerjaan sampe datang ke rumah."

RI-NAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang