Happy Reading
...Seperti biasanya, Nai disibukkan dengan rutinitas PPL, yang cukup menyita waktu dan tenaga Nai.
Pagi ini Nai masuk di kelas XII IPS 3, biang kerok di atas biang kerok. Tidak ada lagi kelas paling legend di atas kelas XII IPS 3. Turunan dibawahnya baru kelas XI IPS 3, dibawahnya lagi kelas XI IPS 2, luar biasanya Nai masuk di tiga kelas legend ini. Dari semua kelas yang Nai masuki hanya kelas XI IPS 1 dan XII IPS 1 yang menjadi menjadi penyejuk hati.
Sebelum memasuki kelas, Nai banyak-banyak membaca Istighfar untuk menstabilkan emosinya sebelum menghadapi siswa-siswi ajaibnya itu.
"Assalamualikum Ananda sekalian." Nai memasuki kelas dengan menampilkan senyum lima jari.
Nai mulai mengelus dada berulang kali, tidak ada satu orang pun yang merespon salam Nai. Semuanya masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Ayo duduk di bangku masing-masing, yang gak berhubungan dengan pelajaran PPKn harap ditutup," ucap Nai dengan suara tegas dan lantang.
Tidak ada respon sama sekali, tidak ada seorangpun di antara mereka yang mengindahkan perintah Nai.
"Ayok Bang, Kak duduk di bangku masing-masing, supaya kita segera memulai pelajaran." Nai masih mencoba bersabar.
Nai mendatangi meja siswa-siswinya satu-satu, mengajak mereka satu persatu untuk duduk di bangku masing-masing, persis seperti mengurus anak TK.
"Apa sih Ibuk ini sibuk kali, lagi asik main juga!" Salah satu dari mereka melawan Nai, siswa itu sampai menepis tangan Nai yang hendak menuntunnya untuk duduk di bangku.
"JADI MAU KALIAN APA!!! IBUK UDAH CUKUP SABAR YA MENGHADAPI KALIAN, DISURUH BAIK-BAIK MALAH MELAWAN. IBUK GAK MAU SEBENARNYA SELALU MARAH-MARAH DI KELAS INI, TAPI TERUS KALIAN PANCING-PANCING EMOSI IBUK. APA KARENA IBUK MASIH GURU PPL JADI KALIAN NGANGGAP ENTENG, BEGITU? KALIAN PIKIR IBUK BERDIRI DI DEPAN INI MAU JADI RADIO RUSAK KALIAN! TUKANG DONGENG KALIAN!" Nai tidak bisa mengontrol emosinya lagi kali ini, Nai merasa harga dirinya diinjak-injak.
"Terus Ibuk gak senang! Ya gak usah masuk di kelas kami, simple kok!" Siswa tadi menjawab dengan jawaban yang terkesan sangat kurang ajar.
"Oke, Ibuk gak akan masuk lagi di kelas kalian!"
Nai mengambil tasnya, dan beranjak untuk keluaer dari kelas. Jika dilihat jarak dekat mata Nai sebenarnya sudah berembun. Tapi mati-matian Nai menahan supaya jangan sampai ia menangis di hadapan siswa-siswinya.
Saat Nai sudah berada di ambang pintu, tiba-tiba dari luar muncul dua siswi yang membawa kue tart.
"Happy Birthday Ibuk, Happy
Birthday, Happy birthday Ibuk."Semua siswa-siswi Nai bangkit dari bangku masing-masing, ikut menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Nai.
Nai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kaget, terharu semua bercampur menjadi satu. Nai sampai menutup mulut karena benar-benar tidak menyangka kalau semua tadi hanya sebuah akting untuk suprise ulang tahunnya. Terbesit rasa bersalah di hati Nai, karena telah lepas kontrol tadi ketika memarahi siswa-siswinya.
"Happy Birthday Ibuk cantik, Ibuk peri, tiup lilinnya Buk." Nai lalu meniup lilinnya.
"Yeay happy birthday Ibuk cantik."
Siswa-siswi Nai berbaris rapi, bergiliran mengucapkan selamat ulang tahun kepada Nai.
"Maafin Riza ya Buk, asli yang tadi cuma akting. Kita sayang kok sama Ibuk, tetep mau Ibuk yang masuk di kelas ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
RI-NAI
عاطفيةRI-NAI. Ri dan Nai, seolah kebetulan jika digabung akan menjadi Rinai, rintik-rintik hujan melodi indah dari alam. Namanya Rizky Al-Fatih, lelaki dengan latar belakang keluarga yang tidak terdefenisikan oleh kata-kata, terlalu miris. Potensi kecerd...