*Aku duduk didalam sebuah Caffe ditemani secangkir teh hangat yang kupesan untuk menunggu hujan yang sedang turun dikotaku.
Ah, bukan hanya menunggu hujan reda saja, aku juga menunggu seseorang. Seseorang yang biasa disebut sebagai mantan mungkin
Jika kebanyakan sepasang kekasih lalu putus mereka akan membenci mantan kekasihnya, aku berbeda. Aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan seseorang yang kutunggu ini karena suatu hal
Bagaimana menyampaikannya ya, ini soal perasaanku sendiri yang terlalu possesif mungkin. Dia tipe laki laki yang biasa, bahkan sangat biasa saja dibanding denganku dulu.
Ya, dulu. Kisah cinta kami terajut saat aku dan dia masih duduk dibangku kuliah. Kepopuleranku dibanding dengannya sangat jauh. Tak hanya satu fakultas saja, yang berbeda dengan fakultas pun mengenalku
Dia? Jangan tanyakan itu. Laki laki biasa saja dari segi penampilan maupun fisik. Kepintaran pun ia tidak menonjol. Dia tergolong mahasiswa biasa saja dikampusku.
Bagaimana aku mencintainya?
Mudah, dia laki laki yang baik. Klasik bukan? Sesimple itu alasanku. Ya memang itu yang kurasakan. Dia baik, bahkan caranya menolong tanpa pamrih adalah kelebihan dari dirinya. Orang yang selalu ceria bahkan saat banyaknya tugas yang di remed masih saja bibirnya dapat tertarik berlawan arah. Jika itu aku? Jangan tanyakan, esok hari masih bernafas itu sudah bagus. Ya, aku memang sangat menjaga gengsiku
Aku mulai menyukainya saat itu karena tugas kelompok sialan itu. Kami memiliki banyak waktu bersama. Dengan dia yang selalu tertawa dan tersenyum sepanjang hari dan aku yang lebih banyak diam dan memperhatikannya
Aku sering memikirkannya, berawal dari rasa penasaranku padanya aku semakin larut dengan sikap dan perbuatannya padaku. Contoh kecilnya ia tidak membiarkanku basah terkena hujan yang turun ia rela membiarkan kemeja atau jaketnya basah demi melindungiku agar sampai ke parkiran dimana mobil jemputanku menunggu. Padahal kutau, ia sendiri mengendarai motor. Dengan jaket yang basah itu bisa memperburuk kesehatannya
Aku sudah bilang dia terlalu baik dan aku yang posesif. Aku tidak terima jika ia berbuat baik juga pada setiap orang terlebih pada junior juniorku dulu. Dengan kesal aku mengakui bahwa aku menyukainya
Konyol bukan?
Dia membalas perasaanku dan akhirnya kami menjalin sebuah hubungan yang cukup singkat.
Kenapa?
Karena sikap posesifku! Aku tidak bisa terima dengan dia yang selalu menyempatkan diri menolong seseorang padahal dia juga sedang kesulitan. Dia selalu mempertaruhkan waktu, dirinya atau mungkin dia tidak mengenal kalimat "Sorry gue gak bisa"
Tepat setelah kami wisuda, dengan dia yang datang telat dan beralasan mengantar temannya lebih dulu dibanding dia yang datang ke kampus untuk wisudanya. Gila bukan?
Aku tidak tahan, rencanaku untuk berfoto bersama disaat kami mengenakan toga hancur dan aku memilih mengakhiri hubunganku dengannya.
Sejak saat itu aku tidak pernah mengkonteknya sama sekali. Begitu pun dengannya. Ia hilang bagai ditelan bumi
Kupikir begitu, ternyata aku salah.
Setahun setelah kelulusanku, aku bekerja disebuah perusahaan. Dan tebak siapa seniorku?
Jika kalian berpikir seniorku adalah laki laki yang kuceritakan kalian salah besar
Dihari kedua aku bekerja aku melakukan kesalahan yang cukup fatal, coba tebak siapa yang menolongku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Story
RandomIsinya cuma tulisan iseng yang ngaco. Diambil dari cerita cerita lain yang saya buat.