Ridiculous • 1

6.5K 651 96
                                    

Hinata masih mengingat dengan jelas kapan ia bertemu pertama kali dengan Madara Uchiha.

Di ujung pendidikannya di SMA ketika ia bertandang ke rumah Sasuke Uchiha yang merupakan teman satu organisasi demi menggarap proyek akhir sekolahnya.

.

Kala itu Madara Uchiha terlihat memasuki rumah utama Uchiha, hanya menyapa sebentar keponakannya, lalu melangkah dengan percaya diri menuju ruang kerja Fugaku.

Lelaki dewasa memang berkharisma. Auranya benar-benar berbeda.

"Tsk. Hapus dulu air liurmu." Sai menyenggol lengan Hinata. Wajahnya terlihat ramah dengan dihiasi senyuman tapi kata-katanya benar-benar berkebalikan.

.

Hinata tergagap, "apaan sih Sai!" Hinata berkilah, tapi pipinya sudah merona malu.

Sasuke menoleh pada teman kecilnya sebelum memukul kening Hinata dengan pulpen.

'Tuk!'

.

"Auww—" Hinata langsung memegangi keningnya yang terasa pedih. "Sakit tauk!"

Sasuke menyeringai, "lebih sakit mana dari kenyatan, hn?!"

Hinata mengerucutkan bibirnya, "menghalangi orang bahagia saja."

Sasuke terbahak. Seolah mengdapatkan mainan seru. "Kau ini ibarat kelinci. Yang kemana saja kau ini kikuk setengah mati. Mau mendekati seekor Hiu?! Yang benar saja!"

.

"Aku cuma kagum." Hinata mencicit.

Sai menjulurkan lidah, "pret! Matamu sudah mengeluarkan laser berbentuk waru."

Hinata langsung merajuk, pipinya menggembung, "itu tidak benar!"

Sasuke memegang jidatnya. Hinata terlalu imut untuk dicabik-cabik pamannya. Kasihan sekali. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kuberi tahu satu hal. Pamanku sangat suka sekali berselancar. Dia suka mengejar ombak. Dia biasa mendaki gunung, dan menghilang di rimba. Untuk cewek yang biasa main boneka sepertimu, kau mungkin akan ditinggalkannya dalam sepuluh menit."

"Kau terlalu jauh, Sasuke-kun." Hinata mengibas udara.

Sasuke memutar matanya, "aku kenal siapa kau. Kalau kau sudah suka sesuatu. Kau akan bertindak bodoh demi mendapatkannya." Telunjuk Sasuke dengan kurang ajar menoyor kepala Hinata.

"Itu tidak benar!" Hinata masih menyangkal. Matanya yang besar berkedip imut.

Sai terkekeh, "aku tak heran jika suatu hari nanti kau punya kesempatan untuk berdekatan dengan paman itu, kau akan berbuat apapun demi dia."

Hinata makin marah, pipinya yang sudah chubby menggembung.

Lihatlah. Dia memang kelinci imut yang kerjanya disayang-sayang. Bukan tipe Madara sama sekali. Tapi siapa sih yang tahan mengabaikan anak tengah Hyuuga itu?

Well, mungkin omongan Sai akan terbukti beberapa tahun lagi.

***Tbc***

RIDICULOUS (MADAHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang