RIDICULOUS • 16

5.6K 467 47
                                    

Hinata tampak bahagia berlarian di salah satu hotel terbaik di dunia yang berada di Negeri Tropis bernama Indonesia.

Bukannya menginap di tempat jaringan bisnis hotel Uchiha, pria itu justru memberikan Hinata kesempatan bermalam di tempat lain dan mendapatkan experience, seperti yang ditawarkan oleh slogan pariwisata di negara itu.

Nihiwatu di Nusa Tenggara Timur merupakan pilihan Madara.

.

.

"Bagaimana rasanya menjadi Nyonya Uchiha?" Iseng Madara bertanya.

Istri mungilnya menoleh, kaos Madara yang dipakainya yang kelihatan kebesaran malah tampak sexy di mata lelaki itu.

"Luar biasa."

Madara terkekeh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Madara terkekeh. "Mungkin sepuluh tahun lagi kau akan berubah pikiran. Atau saat kau tiba-tiba merasa ada lelaki muda yang memikatmu." Madara menerawang, pikiran bahwa pria muda jaman sekarang sangat romantis dan gigih dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan.

.

Angannya menelisik pada lembar balik hidupnya. Perjalanan bisnis ke New York merubah pandangannya; tetangga flatnya mengeluh bahwa anak lelakinya yang baru berusia dua puluh tahun mengencani teman sendiri, seorang perempuan berusia empat puluh enam.

Atau pria berusia enam puluh tahun menikahi sugar baby-nya yang berusia dua puluh satu.

.

Cinta, bukan masalah angka, atau pandangan orang lain. Tapi apakah sebuah perasaan itu berharga hingga patut diperjuangkan. Kehidupan terlalu bernilai jika dihabiskan untuk membahagiakan orang lain hingga lupa membahagiakan diri sendiri.

"Aku tidak akan semudah itu berubah." Hinata bergumam, "aku sudah mencintaimu sepuluh tahun yang lalu dan berusaha menjaganya. Jadi jangan bicara seolah-olah hanya Mada-san yang sedang cinta mati padaku sekarang."

.

Madara langsung mendekap tubuh istri imutnya dan menghadiahkan satu kecupan di pelipis. "Ternyata aku pria beruntung itu..." Madara mendengus geli ketika tiga keponakannya mengumpat-ngumpat ketika disodori akta nikah Hinata dan Madara minggu lalu.

Madara masih ingat bagaimana makan malam di apartemennya menjadi pertunjukan stand up comedy.

Serangan jentikan Thanos tak dapat mengubah ekspresi Sai. Tapi jelas masakan istri mungilnya dan selembar akta nikah berhasil membuat muka papan itu tersedak.

Sai, si mulut tajam itu bahkan mengatakan bahwa ia pasti sudah menelan ganja dan bukannya sup miso. Karena jelas ia merasa terpedaya dengan keinosenan istrinya.

Sasuke, mendengus dan berkata berulang; "sudah kuduga."

.

Apanya yang sudah anak kecil itu duga? Bahwa Hinata akan mendapatkannya semudah perempuan itu membuat kuah kare?

Sasuke dan selera humornya yang payah.

.

"Menurutmu apakah kita harus memberi penjelasan kepada publik setelah kita kembali?" Madara menggumam di atas kepala istrinya yang masih ia peluk.

Hinata tersenyum, "sejujurnya aku benci disorot oleh kamera." Tanpa sadar, anak kedua Hiashi Hyuuga itu menggigit ujung bibirnya.

Membuat Madara menelan ludah dan menyabarkan hatinya untuk pelan-pelan dulu. Mereka masih punya banyak waktu.

Madara harusnya bersyukur bahwa ia memiliki istri yang tidak haus popularitas. Tapi mengingat bahwa banyak lelaki yang menginginkan Hinata membuatnya serba salah. Ia ingin mengumumkan pada dunia bahwa cewek imut itu sudah unavailable. Miliknya, eksklusif untuk dirinya sendiri.

.

"Menurutmu apa aku harus menyelenggarakan acara resepsi mewah di salah satu ballroom hotel jaringan Uchiha?"

"Untuk apa? Aku nanti akan canggung di sana. Pesta mewah bukan style keluarga kami. Ayahku lebih suka yang tradisional. Percayalah."

Madara gamang.

Tapi melihat Hinata yang masih setia memakai cincin pemberiannya membuat perasaannya sedikit lebih lega.

.

"Aku hanya perlu Tuhan yang tahu kalau kamu," Hinata berbalik dan meletakkan telunjuknya di dada telanjang suaminya. "Milikku."

Tawa Madara membuncah seperti ombak. Tak ada rasa bangga seindah itu selama hidupnya. Lucunya dimiliki Hinata adalah perasaan bahagia itu.

.

Madara memeluk erat istrinya. "Aku berencana menambah jadwal liburan kita." Bisik Madara.

"Eh?!" Muka polos istringa membuat Madara tertawa bahagia.

"Mungkin asyik kalau kita backpaker-an mengelilingi Indonesia."

.

Reflek tangan Hinata memukul lengan suaminya, "jangan bercanda! Indonesia punya tujuh belas ribu pulau. Apa kita bisa menyelesaikannya seumur hidup?! Lagian kamu harus kembali bekerja. Jangan kira aku tidak tahu kalau malam kamu menyelinap untuk bekerja."

Madara tersenyum simpul. Rasanya aneh sekaligus melegakan, ada seorang perempuan yang bukan sedarah dengannya mengomelinya. Ia merasa tak sendirian. Ia kembali menatap istrinya yang menikmati deburan ombak pantai.

.

"Sebentar lagi mataharinya tenggelam." Hinata bersorak riang.

"Sunset di sini paling indah di jagad raya." Madara memberitahu. "Berkatmu." Bisiknya.

Hinata tahu itu gombal. Tapi hatinya tetap berbunga-bunga mendengarnya.

Baginya itu sudah cukup. Kekonyolan memang teman karib mereka berdua.

FIN.

*****

.

.

A/n

Selesai.

Gitu aja?!
Wkwkwk

Lha maunya gimana?!

Bonus;

Siapa mau ikut diajak backpaker-an sama Abang Mada?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa mau ikut diajak backpaker-an sama Abang Mada?!

RIDICULOUS (MADAHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang