Ridiculous • 5

4.9K 616 62
                                    

Madara Uchiha duduk di meja makannya dengan mata fokus ke depan. Ia telah berganti baju. Merasa bahwa pilihan bertelanjang dada dengan memakai jubah tidur sama sekali bukan contoh yang bijaksana. Kaos berwarna abu-abu gelap telah membungkus badannya dengan sempurna.

Hinata berulang kali mengisi air dan meminum gelasnya. Tanda gugup setengah mati diamati oleh lelaki yang kini duduk melipat tangan di depan dadanya yang terbentuk sempurna dan kaki jenjangnya jang menyilang secara maskulin.

Hinata gerah. Aura Madara mengintimidasinya. Mata lelaki itu menyipit defensif. "Kau bilang apa tadi?"

Hinata beringsut dari duduknya. Menyamankan diri dari segala tekanan psikologis dari bos barunya yang super duper tampan dan seksi.

"Umurku dua puluh tujuh tahun."

Madara gusar, ia benar-benar tidak cocok dengan abege labil apalagi dengan tampang terlalu moe. "Bilang saja yang benar, aku tidak akan marah. Kau baru lulus sekolah di mana?"

Hinata langsung memandang Madara takut-takut. "Aku benar-benar berumur dua puluh tujuh, Uchiha-san." Bibirnya mengerucut, sebal karena semua orang menganggapnya anak kecil. Kemudian si mungil tembam itu berjalan ke kitchen konter dan mengambil tas selempang bergambar Rilakuma, mengeluarkan dompet hitam Totoro-nya dan mengeluarkan kartu identitasnya dan mengulurkannya dengan dua tangan.

Madara menerima kartu identitas itu dan membacanya sekilas. Hyuuga Hinata, benar-benar lahir 27 tahun yang lalu.

Madara mendesah. Antara percaya tak percaya. Lalu ia menguyuruh Hinata duduk dengan isyarat dagunya. Yang langsung dipatuhi gadis cilik itu dengan riang gembira. Benar kata Itachi, Hinata adalah anak perempuan yang sempurna untuk Mikoto. Penurut, imut dan lucu. Dua kata dibelakang itu benar-benar agak meresahkan.

 Dua kata dibelakang itu benar-benar agak meresahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Madara mendesah. Ya, seorang anak perempuan lebih baik ketimbang perempuan dewasa yang menggodanya setiap waktu.

Itachi rupanya cukup jeli menghargai privasinya.

"Terserah lah." Madara menyerah. "Kau bisa pulang."

"Mmm... Ano-" Hinata mencicit.

Madara menoleh dan mendapati si kecil itu malu-malu bicara.

"Jam berapakah aku harus datang?"

Madara mengangkat ujung bibirnya, tanda menyukai kepraktisan si Moe kecil ini. "Aku biasa bangun jam enam. Dan jam delapan aku berangkat ke kantor."

"Apakah ada yang tidak boleh Anda makan, Uchiha-san?!"

Madara mengernyit sebentar dan berkata, "Tidak." Dengan mantap. "Dan panggila aku Madara."

Hinata tersenyum senang. Pancaran cerianya membuat wajah kaku Madara tanpa sadar menarik simpul di bibirnya. Benar-benar anak yang manis. "Ngomong-ngomong, terimakasih atas makan malamnya. Itu enak."

"Hountouni??!" Mata Hinata melebar senang, senyumnya mengembang sempurna penuh kelegaan. Seperti anak perempuan yang menunggu dipuji oleh orang tuanya.

Madara mengangguk sebentar sebelum
melanjutkan perjalanannya ke lantai atas.

°°°

Dalam perjalanan ke ruang kerjanya, Madara berpikir. Tampaknya, Hinata Hyuuga memang tipe gadis yang lugu. Tidak ada kesan berbahaya atau kurang ajar. Hanya kekanakan. Tidak masalah asalkan gadis itu tahu pekerjaannya.

Sebelum ia pergi terlalu jauh, Madara menengok ke bawah. Di sana. Hinata masih di sana. Seolah memang menunggunya untuk berbalik. Tanpa canggung, anak peremouan itu memberinya senyum lebar dan dua jari tangan membentuk simbol V.

Sebetulnya, apa sih yang dilakukan anak itu?! Perbedaan dekade lingkungan dalam perkembangan seseorang memang terlihat aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebetulnya, apa sih yang dilakukan anak itu?! Perbedaan dekade lingkungan dalam perkembangan seseorang memang terlihat aneh.

Madara mendengkus. Lalu bergegas memasuki ruang kerjanya.

***TBC***

RIDICULOUS (MADAHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang