"Hallo, Paman..." Kepala Itachi menyembul dari pintu ketika detik pertama benda itu terbuka.
Wajahnya cerah, dan senyum mengembang sempurna.
Sebenarnya Madara sangat enggan menerima siapapun di pagi hari, tapi mengingat Itachi telah banyak berjasa, ia membiarkannya.
Lelaki jangkung berambut lurus sepinggang itu dengan langkah riang memilih dapur sebagai fokus utama. Matanya dengan cepat melirik di atas meja sudah terhidang sup miso dan nasi daging. Juga dua buah bentou dengan kotak kayu oval yang sederhana.
Tanpa tahu malu Itachi langsung duduk."Mau apa kau?!" Madara buru-buru mencekal tangan Itachi yang hendak mengambil sumpit.
"Ya makanlah..." Ujar Itachi enteng.
"Aku tidak merasa mengundangmu!"
Itachi mendesah lelah. Dia meletakkan sumpitnya demi alasan kesopanan. "Paman, aku sudah telepon Hinata tadi. Dan dia juga senang-senang saja."
Ada yang tercubit di hati Madara. Sampai dua hari ini, ia bahkan tidak tahu nomor telepon genggam asisiten rumah tangganya?! Hebat sekali!
Ia lalu ikut bergabung di meja.
Kepalang tanggung, pikirnya. Lagipula sepertinya si kelinci itu tidak akan datang hingga ia berangkat.
"Kau sudah lama mengenal Hinata?"
Itachi mengangguk sambil menyuap potongan tahu. "Hmm..." Gumamnya.
"Sejak kapan?"
Seharusnya Itachi sadar kalau itu pertanyaan jebakan. Tapi karena mulutnya dedang mengunyah. Oleh karena itu ia tidak dapat memproses lebih jauh.
"Sejak dia SMP. Lagipula kami kan tetanggaan dulu."
"Tetangga?"
"Iya, kau harusnya bangga assisten rumah tanggamu lulusan akademi memasak internasional."
"Kau ini ngomong apa sih?!"
Untung Itachi sudah menghabiskan nasinya. Lelaki itu bahkan ingin menyeruput habis sup misonya saat ia menyadari ada yang tidak beres di depannya.
"Paman, kau diberikan ini?!" Itachi menunjuk sebuah toples kecil berisi kukis bintang-bintang.
Madara tak menjawab, hanya memijit pelipisnya. Tanda pusing akan kelakuan ajaib Itachi serta Hinata.
"Hmm..." Gumam Madara menjawab pertanyaan Itachi yang terlihat sangat berminat pada toples kecil itu."Signature dish-nya Laruku cafe, nih."
Madara memandang Itachi bingung. "Signature apa?!"
"Itu lho, kukis yang khusus diberikan gratis bersama kopi atau teh oleh cafenya Hinata?!"
"Hinata punya cafe?"
Itachi langsung tersadar, "ups."
"Lalu untuk apa dia kerja di sini?!" Suara Madara naik satu oktaf.
Itachi tak berkutik, tapi satu telepon menyelamatkan dirinya. Karena kebetulan yang menyelamatkan dirinya adalah sang adik, maka dia sengaja pamer pada Madara.
"Hallo Sasuke, ada apa?!"
Suara gemerusuk di seberang membuat Itachi mengeryit, sepertinya Sasuke sedang ada di atas kapal. Karena ada suara klakson kapal yang memekakkan telinga.
"Ita-nii... Kau sudah bertemu dengan Hinata?"
Itachi langsung mematikan, loudspeaker ketika adiknya tanpa basa-basi menanyakan asisten Madara. Karena Ia sudah bekerja sama dengan Hinata, maka ia segera mematikan sambungan itu.
Begitu menoleh, mata Madara sudah memincing. Tangannya terlipat di dada. Dan wajahnya sudah kaku. Seperti papam shoji.
"Bisa jelaskan semuanya padaku, keponakan?!"Itachi mengerjapkan mata, tanda berpikir dan siap merangkai informasi fiktif.
"Sasuke memang mau balikan dengan Hinata."
Informasi kecil itu menimbulkan gelenyar aneh di dada Madara. Sesuatu yang seperti terbakar.
***TBC***
KAMU SEDANG MEMBACA
RIDICULOUS (MADAHINA)
Fanfic"Kau memang kelinci cilik sialan. Berani benar melanggar perintahku. Mau main-main ternyata?!" Hinata Hyuuga mengkerut di pojokan. Tubuh menjulang Madara memblokir visibilitasnya. Ia mengintip takut-takut sekaligus penasaran. Di sana, Madara, lelaki...