RIDICULOUS • 6

4.9K 599 110
                                    

Seharusnya Madara waspada. Bukannya lengah terhadap keluguan anak ini. Yang diperbuatnya pagi ini benar-benar diluar nalar.

Apa-apaan dengan sarapan seperti ini eh?!

Apa-apaan dengan sarapan seperti ini eh?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dipikirnya Madara ini umur berapa?!

Kalau saja Hinata tidak menunduk terus seperti anak sekolah ketahuan menyelinap dari kelas, mungkin Madara sudah menggulingkan meja, mengamuk bak banteng melihat warna merah.

Madara menarik napas. Ujian kesabaran pertamanya di hari ini bahkan dimulai dari jam...

Madara mengumpat dalam hati. Sudah hampir pukul tujuh tiga puluh. Seharusnya ia tak berlama-lama lari di jogging track tadi.

"Dengar ini baik-baik!" Madara bahkan memperlambat perkataannya supaya Hinata benar-benar paham.
"Jangan. Pernah. Membuat. Makanan. Yang. Berlebihan. Seperti. Ini."

Madara bahkan memukul piring dengan sendoknya hingga menimbulkan suara nyaring di dapur. Membuat Hinata berjengit kaget.

"B-baik!" Hinata langsung menaggukkan kepalanya kuat-kuat.

Madara menarik napas dan menghembuskannya kuat-kuat. Tangannya dengan sigap langsung memasukkan sendok yang berisi bulatan nasi yang sudah tercampur kari. Gerakannya yang memutus keimutan nasi itu membuat kening Hinata berkerut. Merasa kasihan pada nasi panda yang dengan kejam dihancurkan oleh Madara dalam satu hujaman.

Hinata cemberut. Kenapa sih, Madara selalu kaku begitu. Padahal kan pandanya tak bersalah.

"Kenapa wajahmu begitu?!"

Hinata tergagap, "t-tidak!" Kembali menunduk sambil menggigit bibir.

Madara memang selalu menggoda. Wewangian rempah dan juga cendanya menguar menimbulkan aura maskulin. Bahkan, lelaki itu sudah menggulung kemeja putihnya hingga siku. Membuat Hinata setengah mati ingin mengelus lengan bawah lelaki itu yang dihiasi bulu-bulu halus.

Ugh! Hinata cemberut ketika Madara sama sekali tak memperhatikan dia. Dan justru sibuk meneliti e-mail lewat tabletnya.

Madara mengunyah karinya dengan cepat. Ia terburu waktu, dan lagi pula masakan Hinata tidak pernah mengecewakan, kecuali plating ala anak TK.

"Aku akan berangkat sekarang. Dan seperti kataku, aku tidak akan pulang untuk makan siang. Kau bisa pulang atau apapun. Kembalilah untuk memasak makan malam saja." Madara bangkit dari meja dan berjalan ke arah ruang tamu untuk mengambil tas kerjanya.

Hinata mengangguk antusias. "Ano, Madara-san..." Suara Hinata mengalun lembut.

Madara berhenti melangkah, menoleh sebentar untuk menyadari bahwa gadis cilik itu memakai dress.

"Aku sudah menyiapkan bentou. Semoga Madara berkenan membawanya."

Madara mengernyit, menimbang bahwa mungkin ia takkan sempat untuk makan siang karena padatnya jadwal kerjanya. Tapi bentuk Tarre Panda di atas  kari benar-benar membuat ia waspada. ”Aku membenci bentuk-bentuk tertentu!" Madara berucap tegas.

Hinata tertawa kecil, "tenang ini normal kok."

°°°

Madara memijit pelipisnya ketika sekertarisnya, Hyuuhi Kurinai tidak berhenti menatapnya curiga.

"Madara-san, kau benar-benar tidak punya pacar kan?!"

Ya, seharusnya Madara tidak usah percaya dengan Hinata. Cewek itu menyusahkan. Dan semua kata-katanya seperti janji anak umur lima tahun.

Normal katanya?! Apa pula saos berbentuk hati itu?!

Dengan kesal, Madara menaruh daun seledri di atas saos.

Madara tersenyum puas. Setidaknya, sudah tidak ada lagi simbol hati berwarna merah kepunyaan Hinata.

 Setidaknya, sudah tidak ada lagi simbol hati berwarna merah kepunyaan Hinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sempurna!

***TBC***

RIDICULOUS (MADAHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang