Chapter 8: Guest

4.6K 499 21
                                    

Ada masa ketika kau dihadapkan dalam sebuah pilihan antara yang kau cintai atau yang membuatmu nyaman, yang mana yang akan kau pilih?

Jian hanya menunduk sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya didalam kendaraan milik Jimin yang sedang melaju dengan kecepatan normal.

Setelah kejadian tak terduga itu, Jian meminta pada Jimin untuk segera mengantarkannya pulang. Ada dua alasan mengapa Jian ingin segera berpisah dengan Jimin, yang pertama malu yang kedua jantung Jian nampaknya akan segera melompat keluar jika saja Jian tak mengontrolnya dengan baik.

Park Jimin, dengan segala perlakuan baiknya pada Jian membuatnya hilang kendali, sekilas ia merasa aneh mengapa sedari tadi tak ada sedikitpun rasa takut atau tertekan ketika berada didekat Jimin? Sekalipun ada itu hanya terjadi saat mereka berangkat, selebihnya Jian tidak merasakan takut atau tertekan.

Jian juga berpikir kapan terapi yang katanya akan mereka lakukan hari ini? Benar! Jian bahkan belum diterapi sama sekali,

"Jimin-ssi, kau bilang hari ini kita akan terapi. Kapan tepatnya kita akan mulai? Ini sudah pukul 3 sore, kau sudah berjanji pada ibuku untuk mengembalikanku sebelum gelap"

Nampaknya pria didepan sana sedikit terkejut karena Jian bersuara secara tiba-tiba, maniknya kembali menilik pada kaca tengah untuk melihat Jian sembari menjawab "Kita sudah melaksanakannya, sekarang kita akan makan dulu sebelum aku mengembalikanmu pada Nyonya Kim" jawabanya terdengar begitu santai justru terdengar begitu aneh ditelinga Jian. "Kapan kita melakukannya?"

Jimin tersenyum dengan pandangan yang kini kembali fokus pada jalan, ia kembali menjawab dengan begitu mudah, "Terapi tak selalu dilakukan dalam sebuah ruangan atau aku mengajukan banyak pertanyaan padamu. Psikolog punya cara masing-masing untuk melakukan terapi pada pasiennya, tergantung dengan keadaan pasiennya. Kau pasti tidak mau berbicara padaku kalau ku bawa kau keklinik, jadi aku menggunakan cara lain"

Jian nampak berpikir usai mendengar penjelasan Jimin, ia masih belum tau dimana letak terapi yang Jimin bilang sudah mereka laksanakan hari ini, Jian bertanya kembali,

"Terapi apa yang sedang kau terapkan padaku sekarang?" Walaupun tidak mengerti setidaknya Jian harus tau apa yang sedang dilakukan Jimin padanya

"Cognitive Behavioral Therapy, lebih singkatnya disebut CBT. Cara kerjanya mendorong cara mu berpikir dan bertindak untuk mengubah apa yang kau rasakan. Konsepnya adalah Pikiran, Perasaan dan apa kau lakukan semuanya berkaitan. Karena traumamu cukup unik, aku menggunakan metode ini untukmu"

Tanpa sadar Jian menyimak penjelasan Jimin dengan mulut yang sedikit terbuka, takjub mengetahui fakta bahwa pria ini benar-benar seorang psikolog.

Ia lega setidaknya dengan ini identitas Jimin dapat dipercaya sekarang. "Baiklah, aku tidak terlalu paham tapi yang jelas terima kasih. Dan aku ingin berpesan sedikit padamu, jangan sungkan untuk menolak permintaan Seokjin Oppa jika kau tidak mau. Seperti saat kau menjemputku dirumah sakit, itu merepotkan. Kau tidak harus melakukannya" Jian mengatakannya dengan bersungguh-sungguh, berharap Jimin tidak lagi kerepotan karenanya.

Jimin yang masih fokus pada kegiatannya tersenyum tanpa menilik kembali kearah Jian, "Aku melakukannya karena aku ingin menolongmu bukan karena Seokjin Hyung saja, dan itu sama sekali tidak merepotkan. Jangan pikirkan itu, aku akan selalu ada untuk mu sampai kau sembuh Jian-ssi"

𝘢𝘳𝘳𝘩𝘦𝘯𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘢 || 𝗣𝗝𝗠 (𝗦𝗨𝗗𝗔𝗛 𝗧𝗔𝗠𝗔𝗧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang