Chapter 29: Karma

3.5K 414 51
                                    

HOLA!! Gummy is back
Siapa yang kangen aku? Ngga ada ya:) pasti pada kangennya sama Jimin dan Jian wkwk
Oke karna aku cukup sibuk akhir-akhir ini jadi Updatenya juga lamaaa bgt ya tapi yang penting ku sempetin update deh

Chapter kali ini, mohon fokus membacanya. Jangan buru-buru, jangan diskip! Karna ini salah satu chapter penting yang menjadi jawaban untuk beberapa pertanyaan dichapter sebelumnya.

Oke semuanya, happy reading❤️
.
.
.
.

Saat harapan itu ada, mengapa harus ada juga yang mematahkan dengan begitu cepat?

Rumah tak pernah setenang dan seindah ini sebelumnya untuk Jian, neraka adalah kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan kondiri rumahnya dulu tapi kini semuanya berubah.

Keluarga kecil itu berkumpul diruang makan, mereka duduk berdampingan dan terlihat begitu akrab bahkan sesekali mereka tertawa keras kala Seokjin mengeluarkan lelucon anehnya. Namjoon masih tak banyak bicara namun Jian dapat merasakan jika pria itu sudah merubah sikapnya menjadi lebih baik,

"Apa kalian tau bebek laki-laki yang bisa terbang?"

Pertanyaan Seokjin kembali memancing Jian dan Namjoon untuk berpikir sementara Nyonya Kim hanya tersenyum memperhatikan anak-anaknya.

"Hyung hentikan, jawabannya pasti tidak masuk akal lagi" Namjoon memohon dengan wajah yang masih menahan tawa, kakaknya benar-benar pria yang menyenangkan namun terkadang leluconnya terlalu tua hingga membuat Jian bahkan Namjoon tak mengerti. "Ayolah jawab dengan benar, Jian-a apa kau tau?"

Jian berpikir sejenak "Donald Bebek?" Jawabnya asal, walaupun ia tau pasti jika Donald bebek tak bisa terbang.

"Salah! Ah kenapa kalian berdua payah sekali, jawabannya Flying Duck-man" Seokjin tertawa sendiri dan tawanya cukup keras, Jian dan Nyonya Kim ikut tertawa, bukan karena leluconnya lucu tapi karena suara tawa Seokjin yang unik, sementara Namjoon menutup wajahnya menahan malu dan sesekali bertanya mengapa kakaknya yang berwibawa ini menyimpan sifat absrud didalamnya?

Pada akhirnya mereka selesai dengan acara makan malam pertama yang berlansung dengan sangat baik tanpa ada amarah dan rasa tidak nyaman, sejak Tuan Kim meninggal dunia suasana memang selalu kelam dan tak ada canda tawa seperti sekarang ini, dalam hatinya Jian tak henti mengucap syukur dengan keadaan yang begitu melegakan saat ini.

Ia tak mau ada masalah lain yang merusak kebahagian keluarga kecilnya lagi, segala hal harus berjalan dengan baik untuk kedepannya.

🌸

Tatapan mereka beradu kala pintu utama rumah itu dibuka dengan lebar, tak menyangka jika tamu pagi harinya adalah seorang pria yang sempat ia abaikan belakangan ini. Kedua sudut bibirnya menarik sebuah senyuman yang terlihat canggung sementara pria didepannya terlihat begitu kacau dan berantakan dengan kantung mata yang begitu jelas, raut wajah lelah dan surai yang tak rapih, sama sekali tak mencerminkan seorang Park Jimin yang ia kenal selama ini

"Apa kau baik-baik saja?" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Jian membuat Jimin merasa seperti pria bodoh, gadis yang ia cari selama ini nampak baik-baik saja sementara dirinya begitu kacau.

"Dua hari yang lalu aku datang ke flat mu tapi kau tidak ada disana, aku menunggumu dari matahari terbit hingga terbenam. Lalu aku pergi saat kau tak kunjung kembali, aku mencarimu kemana-mana dan ternyata kau sudah kembali kesini. Bukahkah aku nampak menyedihkan?" Pria dengan surai hitam itu tak dapat membendung rasa kecewanya, seakan Jian telah mencampakannya.

𝘢𝘳𝘳𝘩𝘦𝘯𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘢 || 𝗣𝗝𝗠 (𝗦𝗨𝗗𝗔𝗛 𝗧𝗔𝗠𝗔𝗧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang