Chapter 15: Leave her

3.9K 489 43
                                    

Assalamualikum, selamat malam semuaaaa
Sebelumnya aku ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440H buat yang merayakan. Mohon maaf lahir dan batin ya readers🙏🏻

Aku update sekarang!! Buat yang mantengin cerita ini, tenang cerita ini beneran aku kasih sampe tamat kok🥰

Selamat membaca❤️
.
.
.
.
.

            Riuh sirene ambulans begitu bergema disepanjang jalan, melaju begitu cepat menuju rumah sakit diikuti mobil Sport Hitam yang berada tepat dibekalangnya.

Sedari tadi Jimin begitu dilanda kepanikan sementara Jungkook masih dapat bersikap biasa saja membuat Jimin yakin sifat asli seorang Jungkook adalah yang ia lihat saat ini. Begitu acuh dan tak pernah menggunakan hatinya, selalu saja mengandalkan otaknya yang belum tentu tepat saat menentukan pilihan atau menyimpulkan sesuatu.

            Disatu sisi Jimin tak bisa menyalahkan Jungkook sepenuhnya, Jungkook marah besar karena melihat dirinya lagi-lagi berada didekat Jian dan mengira Jimin akan mengkhianati kakaknya. Jungkook juga berpikir Jian menipunya dengan berpura-pura sakit, itu sebabnya ia sangat marah.

Jimin tertawa sumbang sembari fokus pada jalanan, Jungkook menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Kebodohan terbesar seorang manusia adalah menyepelekan depresi dan rasa takut yang dialami orang lain. Mereka tidak tau betapa sulit hidup seseorang karena trauma hingga menyebabkannya depresi berat" sindir Jimin

"Kau hanya harus menutup telinga saat mendengar ujaran kebencian orang lain, tidak perlu memperdulikan apapun dan cukup perduli pada diri sendiri agar hidup menjadi lebih mudah. Betapa bodohnya orang yang menyakiti dirinya sendiri saat mereka depresi" Jungkook memang tak begitu paham arah pembicaraan Jimin, ia hanya menjawab apa yang ada dikepalanya.

Jungkook tak menyadari jika jawabannya membuat Jimin semakin muak padanya. Ingin rasanya ia mendorong Jungkook agar terpental keluar dari mobil dan terseret dijalanan saat ini.

              "Ucapan buruk dari orang yang tak dikenal tidak akan berpengaruh banyak pada mental. Tapi ucapan buruk dari orang yang ia cintai adalah pisau yang menusuknya tepat dijantung, tidak bisa diabaikan karena begitu pedih. Dan seseorang diluar sana dengan hati yang tulus rela melukai dirinya sendiri demi melampiaskan kekesalannya agar tak melukai orang lain" Jimin memberi penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan dan kali ini Jungkook tak mampu menjawab apapun lagi hingga keduanya tiba dirumah sakit.

***

             Jimin berada disamping Jian kala gadis itu mendapatkan pertolong pertama dari pihak rumah sakit diruang UGD, semua keadaan bertambah buruk saat dokter mengatakan Jian kehilangan banyak darah dan harus segera dilakukan transfusi darah.

Sementara Jungkook hanya bisa duduk didepan ruang UGD sembari menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia begitu tak paham apa yang dirasakannya saat ini, sedih? Marah? Kecewa? Atau merasa bersalah? Segala begitu rumit belakangan ini.

             Saat pikirannya sedang buyar, tiba-tiba saja bajunya ditarik dengan kasar oleh seseorang dan dengan cepat sebuah pukulan mengenai Jungkook tepat diwajahnya.

Jungkook hendak memaki orang yang berani melakukan hal itu padanya namun niatnya hilang seiring matanya menangkap wajah yang dikenalinya.

𝘢𝘳𝘳𝘩𝘦𝘯𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘢 || 𝗣𝗝𝗠 (𝗦𝗨𝗗𝗔𝗛 𝗧𝗔𝗠𝗔𝗧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang