Chapter 25: Trust me

3.9K 448 15
                                    

Terkadang keadaan yang membuatmu terpaksa menjadi orang yang egois tetapi tetap saja itu tidak seharusnya kau lakukan...

       Pikirannya kembali jernih sesaat setelah Jian merasakan sesuatu yang lembut menempel dibibir, mungkin kejadian itu hanya berlangsung selama dua detik sampai akhirnya Jian mendorong tubuh Jimin dengan cukup kuat hingga memberikan jarak diantara mereka.

           "Ini tidak benar!" Jian memekik seraya membuang pandangannya dari Jimin, hatinya begitu tak sejalan dengan tindakannya.

Jian memilih untuk mengabaikan Jimin dan berjalan menjauhinya, bukan karena ketakutan atau tertekan lagi tapi kali ini karena malu dan canggung yang ia rasakan. Mengapa bisa seperti ini?

        Jika boleh jujur, Jian memang merindukan sosok Jimin. Saat bertengkar dengan Namjoon, Jian mengharapkan 2 orang pria berada disisinya, yang pertama Seokjin dan yang kedua Jimin. Apa mungkin karena ia mengharapkan Jimin sebelumnya, Jian jadi tak merasa tertekan lagi? Atau karna ia mendengar Namjoon mulai perduli padanya? Ntahlah. Jian hanya merasa rasa takutnya hilang saat disentuh oleh Jimin, belum ada alasan yang jelas mengapa itu bisa terjadi.

           Jian mendengar berkali-kali Jimin menyerukan namanya tapi ia enggan untuk menoleh, sampai kepada titik dimana kakinya berhenti berjalan didepan gedung yang menjadi tempat tinggal sementaranya.

Jian menyadari bahwa Jimin sedari tadi mengikutinya membuatnya mau tak mau kali ini harus berhadapan dengan pria itu lagi untuk menghentikannya.

   "Ya! Kenapa kau mengikutiku sampai kemari? Pulang sana!"

Wajahnya terlihat begitu jengah tapi lucunya bagian pipi Jian memerah karena menahan malu, Jimin terkekeh pelan, ia begitu merindukan teriakan Jian yang menurutnya sangat menggemaskan ketika ia berteriak

      "Ini sudah malam, izinkan aku menginap ditempatmu. Nanti akan ku beritau beberapa hal mengenai Oppa-mu, Kim Namjoon"

Jian sedikit tergiur dengan penawaran Jimin yang dirasa begitu meyakinkan, Jimin bukan type pria yang akan main-main dengan masalah seperti ini.

          Setelah menimbang cukup lama akhirnya Jian menyerah, ia berbalik dan membiarkan Jimin kembalinya mengekorinya dengan senyuman yang terlihat begitu puas karena berhasil membujuk Jian.

Langkah mereka terhenti tepat dilantai 4 dan didepan sebuah pintu bernomer 1708.

            Jian menekan beberapa angka yang menjadi kunci untuk membuka pintu flat-nya lalu masuk kedalam yang kemudian diikuti oleh Jimin.

    "Kau boleh menginap disini tapi syaratnya adalah tidur disofa. Jangan coba-coba untuk merangkak keranjangku dimalam hari, dan jangan terlalu dekat denganku!"

Jimin terkekeh pelan mendengar himbauan sekaligus ancaman kecil dari Jian.

      "Karena kita berdua kehujanan jadi sebelum bicara lebih baik kita membersihkan diri dulu" lanjutnya.

Jian tak serta merta membiarkan Jimin tidur di flat-nya tanpa aturan, tak ingin kejadian tempo hari terulang kembali, kali ini Jian lebih waspada.

Jimin masih terkekeh pelan sembari menanggapi, "Baiklah nona, kalau begitu ayo kita mandi dulu"

        Jian menunjuk sebuah pintu di sebelah kanan ruangan, "Kau duluan. Kamar mandinya disana, pakai handuk yang masih terlipat jangan yang tergantung dipintu"

𝘢𝘳𝘳𝘩𝘦𝘯𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘢 || 𝗣𝗝𝗠 (𝗦𝗨𝗗𝗔𝗛 𝗧𝗔𝗠𝗔𝗧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang