Chapter 17: Miss me?

3.9K 468 35
                                    

Rindu tidak datang untuk membuat seseorang menjadi sedih tapi rindu datang agar memperkuat perasaan satu sama lain...

Sepasang kakinya berjalan perlahan memasuki ruangan yang selama ini menjadi tempatnya melarikan diri dari kejamnya dunia luar, setelah tiga hari menjalani perawatan dirumah sakit akhirnya Jian bisa pulang kerumahnya setelah mendapatkan izin dari dokter yang menanganinya.

          Jian merindukan kamarnya yang terasa nyaman kala ia merebahkan tubuh rapuhnya diatas ranjang empuknya, irisnya terpejam sesaat. Kepalanya masih terasa sedikit pusing, perbapun belum sepenuhnya dilepas, Jian bahkan baru bisa kembali bekerja esok hari.

Ia sedikit menyayangkan aksinya kemarin justru merugikan banyak pihak, Seokjin meninggalkan pekerjaannya, Nyonya Kim yang terjaga dirumah sakit bersamanya, Namjoon yang harus membeli makan diluar setiap hari karena ibu dan kakaknya tidak ada, serta Sulhee yang harus mengerjakan pekerjaan Jian selama ia tak ada. Jian sedikit menyesali perbuatannya.

Selama Jian berada dirumah sakit, Jungkook sipembuat masalah bahkan tak datang untuk berkunjung. Alasan klasik yang Jian sudah bisa tebak adalah Jungkook takut membuat keadaannya semakin buruk, padahal Jian tau Jungkook belum menyesali perbuatannya dan masih berpikir Jian begitu bodoh menyakiti dirinya sendiri.

Parahnya lagi, Jungkook malah mengirim sang kakak untuk meminta maaf, Jian tau itu.

Sejujurnya saat Seulbin menjenguknya tempo hari dia sudah terbangun hanya saja pura-pura tertidur saat mengetahui Seokjin dan Seulbin saling mengenal. Jian tentunya sangat penasaran dengan hubungan mereka, setelah mengetahui fakta bahwa Seulbin kekasih Jimin adalah kakak kandung dari Jungkook, Jian dihadapkan dengan kenyataan baru kalau Seokjin dan Seulbin adalah teman lama. Dunia ini sempit sekali pikirnya.

Jian juga mendengar tentang Jimin, ia tak ingin ambil pusing perihal itu walaupun didalam hatinya ada sesuatu yang menyakitkan saat tau Jimin tak lagi menemuinya atau membantunya untuk sembuh.

Jian menghabiskan waktunya berada dikamar seperti biasa, tidak ada kegiatan lain yang ia lakukan selain membaca atau memainkan ponselnya.

Beberapa menit yang lalu Seokjin menelfon, memberitahukan kalau dia akan bertemu dengan psikolog yang baru lusa nanti. Jian hanya menerimanya, tak ada alasan juga ia harus diobati oleh Jimin. Akan lebih baik jika Jian diobati oleh psikolog wanita yang mungkin akan lebih mengerti perasaannya, walaupun sebenarnya Jian merasa cukup nyaman dengan terapi yang dilakukan Jimin. Semuanya begitu natural hingga Jian tak menyadari selama ini sedang menjalani terapi, Terkadang juga lupa kalau dia phobia terhadap seorang pria karena Jimin begitu baik.

🌸

Tubuhnya bergerak naik dan turun secara teratur dengan kedua tangannya sebagai tumpuan. Ia melakukan itu sebanyak 50 kali hingga terbentuk otot dikedua lengannya.

Pria yang hanya dibalut oleh celana pendek dan tanpa mengenakan atasan ini, dapat membuat wanita manapun histeris. Tubuhnya tidak terlalu tinggi hanya saja sangat bagus karena ia rutin berolahraga dan menjaga kebugaran tubuh.

Jimin menghentikan aktifitasnya seraya mengambil botol didekatnya lalu meminum isinya sampai tandas, ia berjalan mendekati dapur lalu membuka lemari pendingin untuk mencari buah-buahan yang akan ia konsumsi juga. Namun kedua irisnya tertahan menatap beberapa batang cokelat yang mengisi frezer nya, ia tersenyum getir.

𝘢𝘳𝘳𝘩𝘦𝘯𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘢 || 𝗣𝗝𝗠 (𝗦𝗨𝗗𝗔𝗛 𝗧𝗔𝗠𝗔𝗧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang