Chapter 20: Missing you

3.8K 442 46
                                    

Pepatah mengatakan penyesalan selalu datang diakhir karena jika ia datang diawal maka manusia tidak akan belajar dari kesalahannya yang lalu untuk memperbaiki masa depan...

Jimin menatap seorang wanita yang sedang berkutat didapurnya, ia mematung memandangi punggung wanita itu. Atensinya berpindah mencari seorang gadis yang tadinya berada disana, ia mendadak panik saat tau gadis itu tak lagi ada didapurnya.

"Jika sudah selesai mandinya segeralah berpakaian, Kim Jian sudah pergi jadi tidak ada yang ingin melihatmu dengan bathrobe itu"

Seulbin berkata tanpa menoleh sedikitpun pada Jimin

"Kemana Jian?" Tanyanya spontan tanpa berpikir apapun.

Wanita itu merotasikan tubuhnya menghadap kearah Jimin sepenuhnya seraya melipat kedua tangannya didada. "Aku tidak suka berdebat kau tau itu kan? Jadi langsung saja jelaskan padaku mengapa Jian ada disini, dia tak lagi melakukan terapi dengamu. Jadi ku rasa dia tak mungkin datang dengan sendirinya, apa kau yang membawanya?"

Baru kali ini Jimin sulit menjawab pertanyaan Seulbin, biasanya ia akan menjawab dengan begitu tanggap karena ia tau Seulbin akan mempercayai semua kata-katanya.

Belum sempat Jimin menjawab wanita itu kembali berujar, "Baiklah aku sudah tau jawabannya, sekarang pertanyaan kedua. Bagaimana malam kalian? Sepertinya menyenangkan" ia tersenyum miring, sementara Jimin terkejut mendengar perkataan Seulbin.

Jimin berjalan mendekati Seulbin dengan perasaannya yang campur aduk, "Ini tak seburuk yang kau pikirkan, aku bisa jelaskan" langkah Jimin yang tadinya begitu mantap mendadak terhenti saat Seulbin tertawa sumbang.

"Aku bahkan tidak berpikiran buruk tentang kalian tapi sepertinya semalam begitu menyenangkan bagimu hingga kau takut aku berpikiran buruk. Padahal tadinya aku tak berpikir bahwa gadis itu tidur disini, tapi setelah kau mengatakannya sepertinya itu yang terjadi, benarkan?"

Kini giliran Seulbin yang mendekat pada Jimin, sorot matanya terlihat begitu tajam menatap kedua mata Jimin hingga jarak mereka tinggal selangkah lagi Seulbin menghentikan langkahnya.

"Pertanyaan terakhir, apa kau menyukai Kim Jian? Yang ini harus kau jawab sendiri, aku ingin mendengarnya langsung darimu" mata wanita itu terlihat berkaca-kaca, seketika Jimin menyadaru kesalahannya.

Ia merengkuh Seulbin dengan erat, penuh rasa bersalah dan perasaan tak karuan lainnya yang masih bersarang dihatinya.

  "Tidak, aku tidak menyukai Jian sebagai seorang gadis. Aku hanya senang mengenalnya, kau tetap yang terbaik. Maafkan aku, tidak ada yang perlu kau khawatirkan, aku hanya mencintaimu, sungguh.."

Seulbin sedikit menitikan air mata, biar bagaimanapun perasaanya cukup terluka mengetahui seorang gadis bermalam bersama Jimin walaupun ia tau kekasihnya pasti tidak melakukan hal buruk dibelakangnya.

Seulbin melingkarkan kedua tangannya ditubuh Jimin dengan sempurna, "Jangan bermain dibelakangku, Jimin-a. Jika kau memang merasa lelah denganku sebaiknya katakan itu dengan jujur padaku segera. Aku akan menerimanya" lirihnya seraya membenamkan kepalanya dipundak Jimin.

🌸

Satu minggu berlalu dengan cepat, baik Jian maupun Jimin tak saling menghubungi seolah tau kesalahan yang mereka perbuat. Jian tak ingin menyakiti perasaan Seulbin, begitu pula dengan Jimin, walaupun keinginannya untuk menemuin Jian sempat terlintas namun segera ia singkirkan demi hubungan yang telah dibinanya cukup lama.

𝘢𝘳𝘳𝘩𝘦𝘯𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘢 || 𝗣𝗝𝗠 (𝗦𝗨𝗗𝗔𝗛 𝗧𝗔𝗠𝗔𝗧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang