⚠️WARNING!⚠️
sebelumnya, cerita ini mengandung konten kekerasan dan konten lainnya. harap tidak mencontoh sesuatu dari sini❌‼️ii
Jeno, Hyunjin dan Sunwoo adalah tiga sahabat yang ngerubah diri mereka jadi dalang di banyaknya kejahatan. Setahun lalu mereka masuk lubang kegelapan. Penyelundupan, pencurian, penjualan. Semua mereka lakuin.
Bayangin, umur mereka baru legal dan mereka udah ngelakuin hal ilegal?
Tiga cowok ini sakit jiwa, tentu aja.
"Rencana kita aman?." tanya si yang bisa di bilang adalah si 'Bos'nya mereka disini, Jeno Lee dengan rokok di tangan. Duduk anteng di sofa usangnya.
"Aman. And finally."
Jeno dan Sunwoo menatap Hyunjin dengan ekspresi yang berbinar. Mereka tau banget, kalau Hyunjin baru aja di terima 'ceweknya'. Penantiannya membuahkan hasil.
"Dia ikut?" tanya Sunwoo memastikan. Dia juga ragu.
"Of course she will. Dia bilang mau ngelakuin apapun. Buat gua."
Di ruangan ini. Ruangan besar yang berada di salah satu bar punya Ayah Jeno ini terasa legang ketika Jeno tiba-tiba berdiri,"Siyeon kept try to kill me."
Hyunjin dan Sunwoo saling tatap-tatapan.
"Simpel aja bos, lo bisa lebih dari bunuh dia balik. Terus apa? apa yang lo khawatirin?." ucap Hyunjin menghirup nikotinnya. Sunwoo nyenggol lengen Hyunjin. Suka sembarangan emang kalau ngomong. Tapi emang gitu kenyataannya. Jeno, bisa nglakuin apapun. Hal brutal yang gak bisa di pikir pakai akal manusia sekalipun.
"Lo gak akan pernah paham hubungan nggak sehat mereka. Jangan ikut campur." bisiknya pelan, lalu Jeno pergi dari sana.
Iya, bener. Their relationship are not health at all. They're sick.
Bener-bener 'nggak sehat', bahkan Jeno pernah dapet dua tusukan di pinggangnya karena ulah Siyeon.
Jeno melangkahkan kakinya keluar ruang basecamp mereka. Mencari keberadaan Siyeon. Matanya pun menajam. Siyeon beneran sesuka itu mancing emosi Jeno.
"Ayo pulang."
Laki-laki di samping Siyeon hampir menjerit. Siyeon udah biasa kok, di todong senapan sama Jeno kalau ketahuan sama cowok lain. Pistol ini yang selalu dia simpen di balika leather jacketnya.
Oh apa? emang. Jeno seposesif itu.
Jeno hampir narik pelatuk senapan, tapi akhirnya Siyeon selalu nyerah. Dia mau mati. Dia selalu hampir mati di tangan Jeno.
"Iya sayang, ayo pulang." balasnya santai. Jeno menghela napas, tersenyum pada pengunjung bar ayahnya sebagai tanda maaf dan pamit karena udah buat takut.
"Aku mau kasih tau kamu sesuatu, di apartemen. Tidur apartemen aku aja besok ngampus aku anter."
Siyeon selalu menyerah sama suara berat ini. Selalu nyerah sama tatapan ini. Selalu nyerah sama apapun yang Jeno lakuin sama dia.
Dia emang nyerah, sama apapun, tapi dia juga nggak akan pernah mau kalah.
ii
Hyunjin sama Sunwoo masih di basecamp. Basecamp ini cukup besar. Punya tiga ruangan yang bisa di bilang kamar mereka sendiri-sendiri. Dengan ruang tengah, tempat dimana Hyunjin sama Sunwoo duduk. Semacam penthouse, tapi lebih dari itu.
"Menurut lo apa reaksi dia kalau gua suruh kesini?" tanya Hyunjin sebelum Sunwoo pergi dari sini.
"Taruhan sama gua, dia gak akan berani. Gak akan mau."
Hyunjin senyum, ngebuang puntung rokoknya,"gua barusan ngechat suruh dia kesini kok. Katanya 'aku otw'. Taruhan, Chaeyoung buat gua."
Sunwoo hampir nendang muka malaikat Hyunjin. Abis bisa banget ini orang muka kalem tapi sebenernya brengsek abis ternyata.
"Calm down! gua gak berani ngambil resiko."
"Lo tuh anjing. Gua suruh Chaeyoung kesini aja deh kasian cewek lo pasti takut."
Sembari menunggu Chaeyoung dateng, Sunwoo ngehampirin satu unit komputer punya dia. Ngetikin sesuatu di web yang entah itu apa. Yang jelas cuma Sunwoo sama Jeno yang paham. Hyunjin cuma sekedar tau kalau Jeno sama Sunwoo nguasain apa itu deep web. Dua cowok itu bisa apapin ilmu komputer, nggak dengam Hyunjin yang cuma paham gimana caranya mengakses Microsoft.
Beberapa menit hening, pintu basecamp akhirnya terbuka. Nunjukin dua cewek yang baru aja masuk. Chaeyoung sama satu lagi, cewek barunya Hyunjin.
"Gue baru aja mau nelpon Ryujin."
"Ryujin tuh siapa dah anjing? Cewek yang selalu lo sebut tapi kita semua gak pernah ketemu dia? lo tuh gila, Hwang."
Dengan ketus Chaeyoung masuk, ngelirik Hyunjin galak lalu ngehampirin Sunwoo yang lagi fokus.
"Sini, Kim masuk. Jangan takut."
Hyunjin menatap Hyunjin yang satunya lagi. Nepuk-nepuk sofa di sampingnya. Hyunjinㅡatau sebut aja Kim sebagai pembeda, akhirnya duduk.
Cewek itu duduk dengan takut-takut. Masih syok sama tempat macam begini. Tapi wajahnya kelihatan datar.
"Oh jadi ini, Hyunjin? Hai, gua Sunwoo."
Kim hanya tersenyum. Dia tau siapa Sunwoo, siapa Chaeyoung, Jeno atau Siyeon juga termasuk tempat ini dan pekerjaan mereka. Semuanya. Hyunjin yang ngasih tau semuanya ke Kim.
"Jangan di tatap begitu, nanti dia takut." ucap Hyunjin sambil mendekap Kim di dadanya. Oh cheesy. Sunwoo mau muntah. Padahal dia mau ngasih sesuatu yang penting sekarang.
Meski lugu. Kim tau dan sadar apa yang ada di sekitarnya. Kejahatan. Tapi dia tetep nggak peduli, asal dia bisa sama Hyunjin. Cewek ini gila. Padahal di antara semua orang disini, yang paling kelihatan waras cuma Kim.
"Tanganmu udah sembuh?"
Kim ngangguk. Hyunjin lebih suka nyuruh Kim nyakitin dirinya sendiri daripada dia sendiri yang nyakitin Kim pakai tangannya. Dia bukan Jeno yang seberani dia nyodorin pistol ke Siyeon tanpa ada rasa ragu.
Kim sendiri bilang mau ngelakuin apapun kan?
"Ayo beb kamu aku kasih tau duluan aja biar mereka cheesy-an dulu." Sunwoo narik tangan Chaeyoung. Masuk ke kamar mereka.
"Kita nyelinap masuk Bank utama Negara, aku udah ngeretas beberapa sistemnya. Tapi masih susah buat nembus lima sistem keamanannya lagi."
"Loh yang aku kira kita mau beralih jualan organ aja??? lebih worth it aja. Kalau sebulan kita jual 5-10 organ, kamu bisa itung sendiri hasilnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
partner in crime✔️
Fanficwho is your real partner in crime? your lover? or, your enemy? 2018 by nat, 2019 on revision.