NEUF

5K 1.2K 145
                                    


warn typos

ii

Sore tiba, makin dingin dan salju lagi tebel-tebelnya. Jeno, Hyunjin sama Sunwoo duduk melingkar di ruang tamu. Botol wine terbaik ada di meja bundar di tengah mereka. Boys time.

Cewek-cewek lagi shopping di tengah salju begini. Mungkin sebentar lagi selesai.

"Udah lama kita gak kumpul bertiga gini." Hyunjin negak gelas pertamanya.

Iya bener, udah lama banget mereka gak kumpul bertiga begini. Mereka sibuk masing-masing. Jeno sibuk sama bisnisnya, Sunwoo sibuk ngeretas beberapa sistem, Hyunjin...sebenernya dia nggak punya kesibukan. Dia cuma mahasiswa biasa; ke kampus, pulang, ke bar. Begitu terus. Pokoknya dia tuh cuma ngabis-ngabisin duit orang tuanya aja.

Sunwoo masih yang anteng sama minumannya akhirnya buka suara,"Iya baru keliatan nih yang galau." liriknya ke Jeno. Yang di tunjuk masih diem aja, lalu ngedehem,"ngapain gua galau?"

"Kenapa sih? cerita apa. Udah lama kita nggak cerita."

Jeno cuma diem denger ucapan Sunwoo. Dia tiba-tiba ngebuka kaosnya. Padahal ini dingin banget. Sunwoo sama Hyunjin bisa ngeliat jelas ada bekas sayatan baru di dada Jeno.

"Dia beneran gila." ujarnya singkat. Jeno nggak pernah bisa banyak omong sama sahabatnya sendiri selain ke Siyeon. Satu-satunya tempat dia bisa cerita ya cuma Siyeon.

Sunwoo sama Hyunjin udah gak kaget. Sunwoo juga punya, tapi cuma cakaran. Tapi yang ini, Jeno dapet sayatan dari benda tajam.

"Dia punya obsesi tinggi." ucapnya sekali lagi menegak gelas yang entah keberapa. Matanya mulai sayu, he's drunk.

Sunwoo sama Hyunjin udah nggak berani ngelanjutin pembicaraan. Sampe tiba-tiba Hyunjin nyengir, ngalihin pembicaraan,"gue juga galau nih. Kim baik banget tapi gue nggak bisa ninggalin Ryujin. Gue sayang sama Kim, lima tahun lalu sebelum gue kenal Ryujin...."

Sunwoo sama Jeno cuma nekuk alis, lagi-lagi dia nyebut nama Ryujin. Udah dua tahun. Dan nggak ada yang sadar apapun.

"Bentar deh, gue telepon Ryujin dulu."

Sunwoo sama Jeno saling pandang. Hyunjin jelas sama sekali nggak mabuk.

Dan sekarang Hyunjin bilang kalau dia punya Ryujin sama Kim di saat bersamaan. Dia punya dua cewek. Tapi, siapa sebenernya Ryujin Ryujin ini?

Hampir dua tahun, Hyunjin lolos. Tapi jelas suara di telepon sana adalah suara operator, bukan suara cewek yang lagi ngomomg sama dia. Tapi Hyunjin seolah ngobrol sama suara disana.

Dari sini Sunwoo sama Jeno sadar. Ada sesuatu yang janggal dari Hyunjin.

Maka dari itu Sunwoo sama Jeno diam. Biarkan mereka mastiin kenapa sebenernya Hyunjin ini.

"Katanya besok mau ketemu." tambah Hyunjin.

Sunwoo mulai bosen,"oke kalo besok mau ketemu, mana, gue sama Jeno juga mau ketemu."

"Itu urusan gampang." ucapnya santai. Dan bener-bener nggak ketebak.

"Eh ya, kemana sih cewek-cewek? kita tuh mau ngomongin strategi lanjut kita. Gue udah dapet email dari dia sekitar tiga hari lalu."

Jeno langsung negakin badan. Inget sama rencana awal mereka ber-enam, setelah denger ucapan Sunwoo.

"Padahal kalau mau gue sama Chaeyoung bisa nyelesain ini berdua. Tanpa bantuan kalian. Tapi target kita anak Perdana Menteri." lanjut Sunwoo. Ngambil laptopnya dan ngebuka pesan dari deep web dari seseorang yang disebutnya 'dia' tadi.

"Lo yakin itu dia?" tanya Jeno lagi. Sunwoo ngangguk. Hyunjin pun setuju,"gue juga di kirimin email kok sama dia. Lo juga mungkin tapi belom lo cek kan?"

Jeno ngangguk. Natap laptop yang berisikan kode-kode aneh. Kode yang hanya orang-orang tertentu yang tau. Agar apa yang mereka lakuin nggak kelacak, maka mereka harus ngerti kode aneh ini.

"Bener apa yang Sunwoo bilang, ini lebih sulit sama kerjaan lo sama Chaeng. Biasanya kalian udah tau rupa target kalian tapi ini, satu Korea juga nggak tau gimana rupanya anak tiri Perdana Menteri. Dia di sembunyiin sama Perdana Menteri." jelas Jeno yang bikin Hyunjin tercengang. Kepalanya pusing. Mana paham dia beginian. Kriminalitas Hyunjin sebatas ngebobol Bank, bukan beginian. Dia jelas lebih awam dari pada Jeno sama Sunwoo tapi dia juga yang paling di butuhin. Mereka butuh sebuah kedok.

"Emang nggak ada kemungkinan laki atau perempuan?" tanya Hyunjin frustasi.

"Laki-laki kok."

Bukan suara Sunwoo atau Jeno. Tapi Chaeyoung dengan tas belanja yang bejibun, ada Siyeon sama Kim di belakangnya.

"Anak tiri ketiga Perdana Menteri, laki-laki. Cuma itu yang gue tau dari informasi yang anak buah papa kasih tau. Dia dimana, dia di korea atau nggak, nama, sekolah dimana, nggak ada yang tau."

Chaeyoung duduk di samping Sunwoo, diikutin sama dua cewek lainnya yang duduk juga.

"Lo cari di google, tertulis Perdana Menteri cuma punya dua anak. Tapi kalau di deep web anaknya ada tiga. Well, nggak ada informasi juga disini."

Sunwoo bangga punya cewek kayak Chaeyoung. Beneran. Dia ngebantu banyak dan banyak di butuhkan.

"Oke, waktu kita dua bulan nyari tau siapa dan dimana anak Perdana Menteri itu. Sisanya buat ngabisin dia dan ngambil alih usahanya. Kalau gagal. Kita yang abis. Dan jangan sampai ini gagal. Sunwoo sama Chaeyoung kalian yang nyari informasi, gue sama Siyeon nyari persenjataan, Kim sama Hyunjin, kalian yang ngejaga agar kita nggak ketauan siapapun, polisi, atau mafia lain, kita butuh kedok, hadirin dan gantiin semua pertemuan gua bilang gua lagi istirahat sejenak."

Jeno melanjutkan,"dan inget, kita cuma punya dua pilihan kalau ketauan atau gagal di tengah jalan; mati di tempat atau, di tangkap lalu mati."


partner in crime✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang