DIX

5.3K 1K 223
                                    


Butuh beberapa minggu buat nyempurnaiin tim. Khususnya Kim. Bakal ngerepotin kalau dia nggak latihan menembak dulu.

Dia cuma bisa pegang benda tajam, sedikit bela diri. Tapi buat  menembak dia terlalu awam walau beberapa kali pernah latihan di sekolahnya dulu.

Maka disini lah mereka, tempat latihan menembak Hwang dulu.

Oh ya, tentu aja Hwang yang ngawasin Kim dari tadi. Hwang emang awam di dunia kriminal, tapi cowok itu tetep aja gak ada yang tau kalau dia sniper terbaik setelah Jeno.

Hwang berdiri di belakang Kim, ngawasin hampir dua jam. Rokok hampir satu bungkus dia habisin buat nungguin Kim latihan.

"Kim, fokus."

Hwang sebenernya geregetan. Bidikan Kim belum sebagus itu, belum ada peningkatan. Dua jam, akhirnya Kim milih buat istirahat. Maunya sih gitu. Tapi dicegah sama Hwang.

"Belum waktunya istirahat. Sini," Hwang kali ini beneran di belakang Kim. Posisinya meluk Kim dari belakang, tangannya dia arahin ke tangan Kim yang lagi megang senapan.

Kim deg-degan sendiri jadi malah makin nggak fokus mohon maaf Hwang??

"Fokus, Kim." bisik Hwang tepat di samping Kim. Lalu dalam satu bidikan, tepat nyaris sempurna di tengah.

Hwang nyengir. Lalu curi-curi cium pipi Kim. Kim cuma ngedengus aja gitu degdegan plis capek kenapa nggak fokus-fokus apa karena di perhatiin Hwang terus gitu,"i need to rest. Susah. Aku laper."

Kim ngelepas headphonenya lalu pergi dari sama diikutin sama Hwang.




Sedangkan di tempat lain,  Siyeon sama Jeno lagi mampir ke salah satu toko suku cadang di pusat kota tapi tempatnya lumayan terpencil.

"Bos?"

Siyeon yang pertama noleh.  Di depan sana, mirip banget sama Jeno dan ada cewek yang Siyeon kenal. Temen satu kampusnya, satu kelas, Yujin.

"Gue butuh sesuatu, oh, Siyeon, ini Eric. My cousin and his girlㅡ."

"Oh, Yujin."

"Siyeon."

Dua-duanya senyum. Sama-sama nggak tau kalau dua-duanya berhubungan sama orang gelap macam Jeno dan Eric.

Mereka berempat cuma tatap-tatapan. Lalu Eric mempersilahkan mereka buat masuk ke lebih dalam lagi toko ini.

"Lo butuh apa aja?" Eric ngebuka satu lemari besar yang isinya banyak senapan, kecil atau besar. Benda tajam juga ada. Dia pengoleksi, juga penjual. Dan Jeno punya keuntungan karena dia nggak ngeluarin biaya buat amunisi.

"O97, terbaru? jarak deket, dan lumayan cepet sih ini. Mahal ah, ntar kaga lo balikin." Eric nunjuk salah satu senapan atau pistol sedang keluaran terbaru.

"Jeno pernah cerita, ceweknya gak suka senapan tapi sesuatu yang tajam, right?" kata Eric ngebuka lebih banyak senjata tajam. Siyeon berubah antusias.

Jeno ketawa,"Dia bahkan pernah nodong gue pake pistol." dan cuma di tanggepin sama Siyeon sama lirikan sinis. Ya emang pernah sih, itu kejadian yang menurut Siyeon memalukan karena dia waktu itu kayak ngemis cinta sama Jeno padahal ya emang begitu kenyataannya sampai sekarang.

"I'll give you all two sets. But not for Sunwoo sama Hwang. Suruh beli. Gue ntar bangkrut."

Jeno ngangguk. Kayak langsung ngeluarin dompet gitu ngasih check ke Eric buat beli senjata buat Sunwoo sama Hyunjin beserta Kim. Chaeyoung? oh ayolah, dia gak perlu beli dari Eric begini, koleksi papanya udah banyak. Lalu kenapa Jeno kesini? gak minta papa Chaeyoung atau keluarganya?

partner in crime✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang