°Tujuh_TimeOfLove°

4.1K 371 22
                                    

Jarum jam terus berputar hingga sinarnya matahari tergantikan oleh sinar sang rembulan. Entah sudah berapa lama Ali dan Prilly menghabiskan waktu berdua. Deringan terlfon dari ponsel milik Ali maupun milik Prilly diabaikan begitu saja.

Setelah potong kue ulang tahun di kafe. Ali membawa Prilly ke salah satu restaurant ternama, jangan lupakan jika restaurant ternama itu telah disewa oleh Ali hanya untuk membahagiakan Prilly-nya. Setelah dari restaurant, Ali membawa Prilly ke kantornya dan membawanya ke atas rooftop.

Dan disinilah Ali bersama Prilly, dirooftop. Ali dan Prilly duduk di sofa yang memang disediakan dirooftop. Tempat favorit Ali. Sekarang rooftop itu telah dihiasi beberapa lampu kelap-kelip dan di gedung rooftop diletakkan foto polaroid yang didalamnya ada Ali dan Prilly sewaktu keduanya masih SMA.

Dimeja juga ada makanan dan minuman. Cokelat dan es krim juga Ali sediakan sebagai makanan favorit Prilly-nya.

Ali merebahkan kepalanya ke paha Prilly. Suasana hangat yang romantis terjadi. Jari lentik nan halus milik Prilly mengusap pucuk kepala Ali. Jangan lupakan tatapan penuh damba terus Ali berikan kepada Prilly.

Rencananya, Ali ingin menjadikan hari ini sebagai hari dan waktunya untuknya dan Prilly. Cukup ada dirinya dan Prilly, tidak ada yang lain.

Dan benar saja. Senyum bahagia terus terukir dibibir Prilly. Rasanya, Ali sangat puas dengan kerja kerasnya untuk membuat kejutan untuk Prilly-nya. Rencananya berjalan dengan lancar. Tidak ada yang tahu keberadaan keduanya. Cukup bagus.

"Makasih."

Ali mendongak, menatap Prilly. Ia menggelengkan kepalanya.

"Sudah aku katakan, jangan katakan terimakasih. Karena ini adalah tugasku, membahagiakanmu."

Prilly menggeleng, "Gak mau. Nantinya aku malah semakin tergantungan sama kamu."

Ali terkekeh, "Bagus dong! Sampai pada akhirnya aku dan kamu bersatu."

"Apaan sih."

Ali mengapit hidung Prilly menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya. Tawanya pecah saat melihat Prilly cemberut yang semakin membuatnya gencar untuk menjahili Prilly-nya. Kebiasaan lamanya saat SMA muncul kembali, menjahili Prilly.

"Ish, Ali!"

"Iya sayang."

BLUSH

Prilly menutup wajahnya. Ia merasakan jika sekarang pipinya memerah, malu. Ah, ia merutuki dirinya sendiri yang malah tersipu hanya dengan sebutan 'sayang' yang Ali lontarkan. Ia benar-benar seperti ABG saja yang mudah terbawa suasana.

Ali menatap Prilly geli. Sempat-sempatnya Prilly tersipu disaat seperti sekarang. Tapi tidak bisa dipungkiri jika dirinya merasa bahagia. Hatinya melambung tinggi dan berbunga-bunga. Dia, sangat bahagia.

"Mau pulang?" tanya Ali.

Prilly menundukkan kepalanya menatap sorot mata Ali yang menatapnya teduh. Matanya melihat jam tangannya yang baru saja menunjukkan pukul tujuh malam. Belum terlalu malam untuknya pulang. Ia masih ingin bersama Ali dan menghabiskan waktu berharganya bersama Ali.

"Gimana?" pertanyaan Ali membuyarkan lamunannya. Ia kembali menatap Ali. Kepalanya menggeleng, pertanda jika ia tidak ingin pulang bahkan untuk selamanya, bila itu bisa terjadi.

"Masih betah disini." jawabnya dengan tatapan yang memperhatikan sekeliling tooftop yang mampu mengalihkan perhatiannya.

"Suka?" tanya Ali dengan tatapan yang fokus pada Prilly. Menatap wajah berseri-seri dan bahagia dari Prilly membuatnya terus-menerus tiada henti menatap Prilly dengan penuh cinta.

Affair With You [Season2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang